Minggu, 13 November 2011
Nim/Kelas : 094284238/C
Jurusan : SI Pendidikan Sejarah 2009
1. Apakah beda antara kritik ekstern dan kritik intern? Terangkan cara-cara untuk membuktikan keduanya!
Jawab :
- Kritik Ektern
Kritik ekstern ditujukan untuk menjawab beberapa pertanyaan pokok berikut:
Apakah sumber yang telah kita peroleh tersebut betul-betul sumber yang kita kehendaki
Apakah sumber itu sesuai dengan aslinya atau tiruannya
Apakah sumber tersebut masih utuh atau telah mengalami perubahan.
Inti dari Kritik Extern adalah penafsiran tanggal dokumen dan identifikasi berdasarkan hipotesis yang mungkin juga yang dimaksudkan pengarangnya. Kritik ekstern yang dimaksudkan untuk mengetahui keaslian sumber secara fisik
Cara membuktikannya :
Kritik eksternal atau pemilahan berdasarkan keaslian sumber. Untuk menentukan keaslian sumber, dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti melihat material sumber tersebut apakah sesuai dengan zamannya atau tidak, jika sesuai maka sumber tersebut kemungkinan besar merupakan sumber asli.
- Kritik Intern
Kritik internal ditujukan untuk menjawab pertanyaan:
Apakah kesaksian yang diberikan oleh sumber itu memang dapat dipercaya. Untuk itu yang harus dilakukan adalah membandingkan kesaksian antar berbagai sumber (cross examination).
Kritik intern digunakan untuk mengetahui kredibilitas fakta (informasi) yang ada dalam sumber sejarah, apakah dapat dipercaya atau tidak.
Cara membuktikannnya :
Kritik internal atau pemilahan berdasarkan kredibilitas (tingkat kepercayaan). Pemilahan ini dapat dilakukan dengan menentukan kemauan dan kemampuan sumber dalam menyampaikan kebenaran. Jadi, dalam pemilahan kredibilitas harus dilihat dari kompetensi dan kejujuran sumber.
2. Gambarkan secara singkat mengajarkan teknik-teknik sejarah yang disampaikan oleh Loius Gatschalk (Bab VIII), kemudian komentari langkah tersebut menurut anda!
Jawab :
a. Pemilihan Subjek.
Seorang pemula dapat dengan mudah menemukan sesuatu subjek yang menarik minatnya dan subyek itu layak untuk diselidiki dengan menanyakan empat perangkat pertanyaan, yaitu :
a. Perangkat pertanyaan yang bersifat geografis. Yang menjadi focus adalah interogatif, yaitu dimana?.
b. Perangkat pertanyaan kedua bersifat biografis. Yang menjadi focus interogatif yaitu siapa?
c. Perangkat pertanyaan ketiga bersifat kronologis, yang menjadi focus interogatif adalah bilamana?
d. Perangkat pertanyaan yang keempat bersifat fungsional yang berkisar disekitar interogatif, Apa?
b. Pengumpulan Objek (sumber).
Berlainan dengan ahli antropologi yang berminat kepada masyarakat-masyarakat pra-aksara dasn ahli arkeologi yang berminat kepada artifact, maka sejarawan terutama menggunakan kesaksian yang terkandung di dalam dokumen-doumen tertulis. Dokumen-dokumen tertulis itu dapat dibagi atas kategori-kategori pokok seperti autobiuografi, surat, laporan surat kabar, laporan steno dari badan-badan legislatif dan yudikatif serta arsip-arsip dari instansi-instansi niaga, pemerintahdan sosial.
c. Mengedit sebuah dokumen
Suatu hal yang harus dihindari oleh sejarawan muda adalah pengutipan yang terlalu panjang dan terlalu sering. Sejarawan muda harus menempatkan dokumen itu pada latar belakang sejarah yang semestinya dan mampu menerangkan mengapa dokumen itu dianggap penting, otentik ataupun tidak otentik.
d. Ungkapan-ungkapan yang memperlihatkan proses-proses mental
Apa yang diinginkan pembaca dan apa yang diperolehnya adalah kesimpulan yang aman, pernyataan yang terjamin, dugaan yang masuk akal, ia berharap proses-proses mental pada diri pengarang tidak muncul. Jika perlu dapat diberikan referensi-referensi didalam catatan untuk memperlihatkan mengapa pernyataan tersebut diungkapkan secara singkat dan dibenarkan.
e. Masalah Autentisitas atau Kritik Ekstern.
Untuk menguji kesejatian suatu dokumen, sejarawan harus menggunakan ujian atau tes yang juga biasa digunakan didalam penyelidikan polisi dan kehakiman. Setelah menerka sebaik-baiknya tanggal pada dokumen, ia menyelidiki materi untuk mengetahui apakah tidak anakronistis. Sejarawan juga meneliti tinta untuk menemukan usianya atau komposisi kimianya yang anakronistis. Setelah menerka sebaik-baiknya siapa pengarang dari dokumen, ia berusaha untuk melakukan identifikasi terhadap tulisan tangan, tanda tangan, materai, jenis huruf atau watermark. Yang jelas merupakan bagian esensial daripada kritik ekstern, adalah penerkaan mengenai tanggal kira-kira pada dokumen dan suatu identifikasi yang menurut dugaan adalah pengarangnya. Setelah menetapkan sebuah teks autentik dan menemukan apa yang sungguh-sungguh hendak dikatakan oleh pengarang, maka sejarawan baru menetapkan apa yang menjadi kesaksian saksi.
f. Masalah Kredibilitas atau Kritik Intern.
Untuk menetapkan bahwa suatu sumber atau kesaksian itu kredibel maka seorang sejarawan harus mengajukan empat pertanyaan pokok, yaitu:
a. Apakah sumber terakhir dari detail itu (saksi primer) mampu untuk menyatakan kebenaran?
b. Apakah saksi primer mau menyatakan kebenaran?
c. Apakah saksi primer dilaporkan secara akurat mengenai detail yang sedang diuji?
d. Apakah ada terdapat pendukungan secara merdeka terhadap detail yang sedang diperiksa?
Kemampuan untuk menyatakan kebenaran paling tidak ditentukan oleh empat variable berikut:
a. Dekatnya saksi pada peristiwa, baik secara geografis maupun kronologis
b. Semua saksi sekalipun sama-sama dekat pada peristiwa, tetapi tidak sama kompeten sebagai saksi. Kompetensi tergantung kepada tingkatan keahlian, keadaan kesehatan mental dan fisik, usia, pendidikan, ingatan, keterampilan bercerita, dan sebagainya.
c. Tingkatan perhatian.
d. Egosentrisme.
- Langkah-langkah di atas menurut saya sangat penting bagi seorang peneliti sejarah karena Pemilihan subjek ini untuk diselidiki . Pengumpulan sumber-sumber informasi yang mungkin diperlukan untuk subjek tersebut dan juga Pegujian sumber-sumber tersebut untuk mengetahui sejati tidaknya. Serta untuk Pemetikan unsur-unsur yang dapat dipercaya daripada sumber-sumber (atau bagian dari sumber-sumber) yang terbukti sejati. Sintesa daripada sumber-sumber yang telah diperoleh secara itu adalah historiografi.
3. Bagaimanakah cara yang paling baik bagi sejarahwan untuk memberi sumbangan kepada usaha mengerti masyaraakat dan hubungannya dengan generalisasi sosiologi ( hal 184)? Berilah contoh-contoh pada kasus di Indonesia!
Jawab :
Sejarawan dalam memberikan sumbangan kepada usaha mengerti masyarakat yakni dengan jalan menemukan kontradiksi-kontradiksi dan perkecualian-perkecualian dalam generalisasi ilmu sosial. Sejarawan tidak hanya pencari data bagi ilmuan sosial, tetapi juga melakukan pengecekan terhadap validitas daripada pengertian atau konsep ilmu sosial bagi masa lampau. Sejarawan jangan sampai ragu-ragu membuat generalisasinya sendiri. Pengarang pada umumnya cenderung untuk dipengaruhi oleh iklim intelektual jamannya. Beberapa sejarawan menganggap apabila ada seorang sejarawan lain yang menyimpulkan generalisasi-generalisasi yang mempunyai validitas universil dan dapat diterapkan di masa depan maupun masa lampau maka ia telah melebihi wewenangnya dan terlalu jauh melewati perbatasan wilayah yang sah dari sejarah.
Contoh-contoh pada kasus di Indonesia : Reformasi pada 1998 berdampak pada kenaikan sembako yang berakibat pada kesejahteraan dan keamanan rakyat.
4. Coba terangkan intisari metode sejarah. Setelah itu buatlah proposal penelitian sejarah!
Jawab :
- Inti Sari Metode Sejarah
Intisari dari metode sejarah adalah pengumpulan objek, menyingkirkan bahan-bahan yang tidak otentik, menyimpulkan kesaksian dan menyusun kesaksian dalam bentuk historiografi. Disini juga ditegaskan mengenai sifat universal dari metode sejarah dan sejarah berhubungan dengan humaniora maupun ilmu-ilmu social lainnya. Kemudian penulis menawarkan tiga cara untuk mempelajari pencapaian manusia dalam konteks sejarah dengan membari ilustrasi contoh mengenai Shakespeare yaitu metode kritis analisis, histories subtantif dan sosial budaya.
Pada dasarnya inti sari metode sejarah sebagai berikut :
• Setelah menemukan dokumen, sejarawan harus menetapkan dual
• Apakah dokumen itu otentik,
• Bagian mana ynag otentik, hanya sebagian diantaranya atau banyak beberapa bagian.
• Berapa banyak bagian otentik ynag dapat di percaya.
- Proposal Penelitian Sejarah
Judul :
Tata Cara dan Arti Simbolik Upacara Pernikahan Adat Jawa
Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara kodrati, manusia diciptakan berpasang-pasangan (Q.S. Ar-Ruum : 21) dengan harapkan mampu hidup berdampingan penuh rasa cinta dan kasih sayang. Dari sini tampak bahwa sampai kapan pun, manusia tidak mampu hidup seorang diri, tanpa bantuan dan kehadiran orang lain. Salah satu cara yang dipakai untuk melambangkan bersatunya dua insan yang berlainan jenis dan sah menurut agama dan hukum adalah pernikahan. Pernikahan adalah suatu rangkaian upacara yang dilakukan sepasang kekasih untuk menghalalkan semua perbuatan yang berhubungan dengan kehidupan suami-istri guna membentuk suatu keluarga dan meneruskan garis keturunan. Guna melakukan prosesi pernikahan, orang Jawa selalu mencari hari baik, maka perlu dimintakan pertimbangan dari ahli penghitungan hari baik berdasarkan patokan Primbon Jawa. Setelah ditemukan hari baik, maka sebulan sebelum akad nikah, secara fisik calon pengantin perempuan disiapkan untuk menjalani hidup pernikahan, dengan cara diurut perutnya dan diberi jamu oleh ahlinya. Hal ini dikenal dengan istilah diulik, yaitu pengurutan perut untuk menempatkan rahim dalam posisi yang tepat agar dalam persetubuhan pertama memperoleh keturunan, dan minum jamu Jawa agar tubuh ideal dan singset. Sebelum pernikahan dilakukan, ada beberapa prosesi yang harus dilakukan, baik oleh pihak laki-laki maupun perempuan. Masing-masing daerah mempunyai tata upacara pernikahannya sendiri-sendiri. Dalam bahasan ini, penulis akan mencoba mendeskripsikan tata upacara pernikahan adat Jawa.
B. Batasan Masalah
Batasan masalah bertujuan untuk membatasi kajian masalah yang akan diteliti agar pembahasan tidak terlalu luas serta terfokus pada tema yang diteliti. Penelitian ini difokuskan pada proses menuju pernikahan yang di tandai melalui beberapa kegiatan dan ciri-cirinya serta arti sematik dalam masing-masing kegiatan yang dilakukan menjelang pernikahan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana tata cara pernikahan adat Jawa?
2. Apa arti simbolik pada setiap kegiatan upacara pernikahan adat Jawa?
3. Apa saja yang diperlukan dalam melakukan serangkaian upacara pernikahan adat jawa?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan tatacara pernikahan adat Jawa
2. Mendiskripsikan arti simbolik pada setiap kegiatan upacara pernikahan adat Jawa.
3. Merumuskan bahan yang diperlukan dalam melakukan serangkaian upacara pernikahan adat jawa.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini merupakan sarana dalam pengembangan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dan menambah wawasan serta pengetahuan penulis tentang upacara pernikahan adat jawa dan arti simboliknya pada setiap kegiatan yang dilakukan. Dengan demikian manfaat dan kajian yang terdapat didalamnya diharapkan dapat menjadi suatu masukan informasi sesuai dengan topik yang diambil dimasa mendatang.
F. Metode Penelitian
Metode sejarah merupakan sarana bagi para sejarawan untuk melaksanakan penelitian dan penulisan sejarah. Sejarahwan mempunyai tugas meneliti dan menyusun sejarah.
Proses penelitian ini terdiri dari empat tahap yaitu heuristik yang merupakan proses mencari dan menemukan sumber-sumber yang diperlukan. Tahap kedua yaitu kritik merupakan suatu tahap untuk melakukan pengujian terhadap sumber-sumber yang digunakan sebagai langkah penyelidikan. Pada tahap ini peneliti melakukan pengujian terhadap keabsahan sumber, baik sumber primer, sekunder ataupun tersier denan cara menyelesi, menilai, dan memilah-milah untuk mendapatkan sumber yang relevan dengan tema yang diteliti. Selanjutnya peneliti membandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya untuk mencari persamaan dan kesinambungan fakta, sehingga sumber-sumber yang diperoleh saling melengkapi.
Tahap ketiga yaitu interpretasi merupakan proses pengolahan data yang diperoleh penulis dalam melkukan seleksi terhadap data dengan mencari hubungan antara fakta yang ditemukan. Interpretasi dapat diperoleh dengan cara melakukan perbandingan dari fakta yang terkumpul untuk menetapkan serta memperoleh makna dari inti kajian yang akan dibahas.
Tahap keempat yaitu historiografi merupakan tahap akhir dari proses penyusunan penulisan skripsi. Historiografi merupakan suatu tahap untuk menyampaikan sintesa yang diperoleh serta telah melalui proses penyusunan menurut urutan secara kronologi kemudian disampaikan serta disajikan dalam bentuk tulisan dengan ketentuan penulisan dapat dipertanggung jawabkan secara konseptual eoritis dan metodologis menurut ilmu sejarah. Historiografi bertujuan untuk menciptakan kembali totalitas peristiwa masa lampau yang sesungguhnya terjadi. Melalui tahapan ini penulis berharap dapat menyajikan suatu tulisan sejarah yang baik dan ilmiah, sehingga penulis akan menggunakan metode penulisan sejarah analitis.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Tata Cara dan Arti Simbolik Upacara Pernikahan Adat Jawa secara pokok sebagai berikut:
Bab 1 yaitu pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian dan Sistematika Penelitian.
Bab II Membahas tentang tata cara pernikahan adat Jawa yang terdiri dari prosesi-prosesi dan tata cara dalam pelaksanaan pernikahan di daerah Jawa.
Bab III membahas tentang arti simbolik pada setiap kegiatan upacara pernikahan adat Jawa yang terdiri dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada waktu menjelang pernikahan.
Bab IV membahas tentang keperluan dalam melakukan serangkaian upacara pernikahan adat jawa yaitu terdiri dari bahan-bahan, alat-alat dan kegunaan masing-masingnya.
Jumat, 21 Oktober 2011
Metodologi Penelitian Sejarah
Nim/Kelas :094284238/C
Jurusan :Pendidikan Sejarah 2009
Masalah Otentisitas atau Kritik Exter
Masalah Otentisitas atau Kritik Extern
Masalah otentitas jarang dihadapi oleh ahli sosiologi, psikologi atau antropologi, yang pada umumnya mempunyai suatu subyek hidup dibawah pandangan matanya, yang dapat dilihat pada waktu ia menyusun otobiografinya dan dapat menginterogasinya mengenai hal-hal yang menimbulkan kesangsian. Sesungguhnya sering timbul masalah orientitas lebih sedikit terjadi mengenaai sumber-sumber tercetak, hal itu disebabkan karena biasanyaseorang editor yang terdidik telah melaksanakan tugas otentikasi
Dokumen yang palsu atau menyesatkan
Pemalsuan dokumen dalam keseluruhan atau sebagian,meskipun bukan merupakan suatu hal yang biasa,namun cukup sering terjadi,sehingga seorang sejarawan yang cermat harus senantiasa waspada terhadapnya.Dokumen sejarah dipalsu karena beberapa sebab,yang terkandang mereka pergunakan untuk mendukung suatu claim yang palsu.Contoh yang terkenal adalah donasi konstantinus yang pernah dipetik untuk mendukung teori bahwa para paus mempunyai claim territorial yang luas dibarat.Kadang –kadang pemalsuan didorong oleh motif yang tidak sebegitu mengejar keuntungan,yang terutama menjadi motif dari pembuatan “The protocols of the elders of zion”,suatu dokumen yabg berpretensi yang mengungkap suatu komplotan yahudi yang nekat menguasai dunia adalah propaganda politik.Kadang-kadang dokumen yang sejati sekali dimasukan untuk menyesatkan orang-orang sejaman tertentu dan karenanya telah menyesatkan sejarawan-sejarawan pada masa sesudahnya.Dengan demikian mungkin bagi kita untuk bersikap selalu skeptic mengenai sebuah dokumen yang boleh jadi sejati,meskipun bukan yang kita duga.
Sekali-sekali misrepresentasi mengenai sifat daripada karya-karya tercetak,merupakan akibat dari pada permainan editor. Kini masih menjadi bahan perdebatan,mana diantara sekian banyaknya karangan yang diangkat hasil karya Kardinal Richelieu dalam kenyataannya memang ditulis dan dinamakan Memories de jean
Situasi dari pada pemalsuan atau mispresentasi dari pada dokuen sejarah mungkin sering mengandung informasi politik,budaya,dan biografis yang penting,tapi tak mengenai peristiwa atau peristiwa yang sama,andaikata dokumen itu sejati.
Ujian bagi otentisitas
untuk membedakan satu tipuan atau suatu misrepresentasi dari sebuah dokumen sejati,sejarawan harus menggunakan ujian atau tes yang juga biasa digunakan dalam penelitian polisi atau kehakiman.Setelah menerka sebaikanya tanggal dari pada dokumen,ia menyelidiki materi untuk mengetahui apakah tidak anakronistis.setelah menerka sebaiknya pengarang dari pada dokumen berusaha melakukan identifikasiterhadap tulisan tangan,tanda tangan,materai,jenis huruf,atau watermark. Untuk beberapa periode di dalam sejarah, ahli-ahli yang mempergunakan teknik yang dikenal dengan sebutan paleografi dan diplomatic pertama kali oleh Mabilon. Pada abad ke-17.Referensi anakronis pada peristiwa (terlalu awal,terlalu akhir,jauh) atau penanggalan dokumun pada suatu waktu tatkala penganrang tidak mngkin hadir pada tempat yang dituju dapat membuka kedok kepalsuan, kandang-kadang pemalsu yang mengikuti sumber-sumber sajarah yang baik. secara terlalu cermat sehingga produknya menjadi suatu kopi yang terlalu menyolok pada bagian-bagian tertentu atau apabila dengan jalan penyaduran dan penambahan yang pandai ia cukup lihai untuk menghindarkan pemergokan secara itu, ia akan terbuka kedoknya oleh adanya dalam perteleaan yang dibuatnya segi-segi kecil dan detail yang tidal dikenal. Tetapi biasanya, jika sesuatu dokumen tersimpan di suatu tempat dimana ia memang sepatutnya disimpan, misalnya saja di arsip keluarga, atau di antara surat-surat sebuah kantor niaga atau kantor pengacara, atau di dalam rekaman-rekaman kantor pemerintah (tetapi bukannya hanya karena di dalam sebuah peroustakaan atau di dalam koleksi otograf seorang amatir).
Dokumen-dokumen yang cacat
Sebuah dokumen dalam keseluruhannya atau untuk sebagian besarnya merupakan hasil daripada suatu usaha sengaja untuk menipu, mungkin sering sukar menilainya taoi kadang-kadang tidak begitu menimbulkan kesukaran seperti sebuah dokumen yang tidak otentik hanya untuk sebagian kecil saja. Karena bagian-bagian seperti itu biasanya tidak disebababkan oleh pengasuhan dengan sengaja, melainkan merupakan akibat daripada kesalahan yang tidak disengaja. Dokumen- dokumen yang cacat karena :
Sering dipalsukan
Penggandaan terhadap dokumen asli
Penurunan dokumen yang tidak hati-hati
SEHINGGA, sejarawan HARUS melakukan Tes Keakuratan yang biasa dilakukan para ahli Filologi yang disebut dengan KRITIK TEKS
Restorasi Teks
Teknik ini ruwet tettapi dapat dilukiskan secara singkat. Tugas yang pertma adalah mengumpulkan sebanyak-banyaknya kopi daripada teks yang diragukan sejauh dapat dihasilkan oleh pencarian yang rajin. Apabila kopi terdekat dengan yang asli dalam setiap keluarga telah ditemukan, suatu perbandingan daripada semua kopi ayah itu biasanya akan menunjukkan dan bagian-bagian terdapat di dalam beberapa kopi, tetapi tidak dapat di dalam yang lain.
Dengan metode yang sama kita bahkan dapat menerpa isi, setidak-tidaknya sebagian dari isi sebuah manuskrip “ayah”, meskipun tidak terdapat suatu kopi lengkap darinya.
Cara dari restorasi teks adalah :
Mengumpulkan sebanyak-banyaknya turunan-turunan teks yang dianggap meragukan.
Membandingkan antar turunan satu sama lain
Mengidentifikasi kesalahan yang mungkin ada
Merumuskan hipotesis yang seakurat mungkin terhadap isi dari turunan-turunan teks tersebut
Ilmu Bantu Sejarah
Genealogi
Numismatik
Ilmu heraldik
Bibliografi
Lexikografi
Egyptologi
Papirologi
Assiriologi
Kritik Injil
Filologi
Epigrafi klasik
Paleografi
Sfragistik/ sigillografi
Kronologi Sebagai Ilmu Bantu
Studi kronologi bagi sejarawan memudahkan pemecahan dari pada masalah pengukuran waktu. Ahli kronologi menerangkan berbagai tarikh, atau system penanggalan yang telah dipakai di berbagai tempat dan pada berbagai waktu dan memungkinkan kita untuk menterjemahkan penanggalan dari satu tarikh kepada yang lain. Kronologi Sebagai Ilmu Bantu digunakan untuk memudahkan pemecahan masalah pengukuran waktu. Dengan cara menerangkan sistem tarikh secara cermat
Penyimpangan diantara sumber-sumber
Pada penyimpangan diantara sumber-sumber banyak dijumpai pada Kopian atau turunan-turunan Dokumen atau manuskrip yang sama tapi tidak identik. Sejarawan HARUS mencoba selayaknya sebagai ahli filologi
Masalah arti sematik
Imperialis pada era 1885 mempunyai arti yang lebih baik daripada pada era 1950 an dan pada era sekarang kata demokrasi berubah artinya jika melihat pada daerah timur dan barat daripada sungai oder. Perubahan-perubahan arti semacam inilah akan mengalami salah pengertian yang mendalam mengenai perkembangan-perkembangan sejarah yang penting jika kita tidak menyadarinya. Masalah semantik meliputi penggunaan semua pengetahuan yang di miliki oleh para sejarawan mengenai periode dan saksi. Karena sering kali saksi-saksi terutama yang buta huruf tidak menggunakan kata-kata dalam kamus dan kombinasi yang dibenarkan oleh kamus.
Jika mengetahui bahwa wanita hunian merupakan kenyataan bagi beberapa orang, bahwa campur tangan dewata tidak kurang nyatanya bagi orang lain, bahwa iblis, tuyul dan peri mendiami pelbagai dunia, bahwa milik pribadi keramat untuk beberapa orang dan haram bagi orang lain, bahwa Tuhan menyelamatkan beberapa orang dengan kurnia dan orang lain dengan karya baik, bahwa mukjizat merupakan tanda daripada sifat gampang percaya bagi orang lain, dengan mengetahui pola-pola berfikir semacam itu baik yang kontradiktif maupun suplementer, sejarawan dari setiap periode dapat menangkap nuance-nuance yang juga tidak akan lepas dari perhatiannya. Tugas sejarawan adalah untuk mengerti bukan saja apa arti formil daripada kata-kata sesuatu dokumen melainkan juga apa yang oleh saksi dimaksudkan untuk di sampaikan.
Masalah arti hermeneutik
Apabila kita menjumpai bahasa yang meragu-ragukan, maka akan timbul suatu persoalan tambahan karena kedwiartian( ambiguity) yang mungkin bersifat sengaja ataupun tidak sengaja. Suatu misal apa yang dimaksudkan oleh orang yang menulis kepada seorang pengarang ?.
Masalah hermeneutik menjadi sangat kuat apabila dapat diduga bahwa ada maksud untuk dengan sengaja menutupi arti. Usaha dalam menyembunyikan arti secara sengaja tidak hanya menyangkut masalah kode dan tulisan rahasia serta bahaya memasukkan prasangka seseorang kedalam dokumen melainkan juga menyangkut ketrampilan tertentu dalam menyusun teka-teki/ puzzles dan tipuan kata /word-tricks.
Historical – mindedness
Masalah yang dekat dan berhubungan erat dengan persoalan semantik dan hermeneutik adalah masalah untuk mengerti perilaku pada latar belakang zamannya. Menilai masyarakat-masyarakat yang lebih awal dengan ukuran kode etik yang lebih maju mengharapkan pertimbangan yang seimbang dan tindakan yang normal dalam masa perang, revolusi atau pergolakan. Serta masalah adat, kebiasaan dan toleransi terhadap budaya daerah lain untuk menempatkan orang dan peristiwa pada latarbelakang sejarahnya sendiri, akan mengakibatkan kegagalan pula didalam usaha untuk mengerti dokumen-dokumen yang ditinggalkan dan hampir selalu mengakibatkan timbulnya pertimbangan yang salah mengenai personalitas dan mores daripada latarbelakang itu. Kemampuan untuk menempatkan diri di tempat individu lain dari jaman dan kemampuan untuk menafsirkan dokumen, peristiwa dan personalitas dengan pandangannya, ukurannya dan simpatinya ( tanpa harus mengorbankan ukuran-ukuran kita sendiri ) kadang- kadang disebut historical- mindedness.
Hal itu erat berhubungan dengan proses- proses yang oleh para ahli psikologi disebut empathi dan intuisi. Hal itu menuntut suatu usaha untuk mengendalikan dan mengoreksi suatu keterampilan lain, meskipun sama sifatnya dengan muda dapat bergerak ke arah yang berlawanan yakni kemampuan untuk menafsirkan masa lampau dalam rangka analogi dengan pengalaman kita. Meskipun pertanyaan-pertanyaan sejarawan mengenai periode yang lebih awal maupun yang ia pelajari adalah sedikit banyak cenderung untuk timbul dari masa kininya sendiri, yakni kerangka referensi, ukuran, institusi, situasi, tardisi dan aspirasinya sendiri, namun sebagai sejarawan ia mempunyai kewajiban untuk menjawabnya dari sudut situasi dan “ekologi” subyeknya. Historical-mindedness menuntut dari si penyelidik supaya menanggalkan personalitasnya sendiri dan sejauh mungkin mengambil personalitas subyeknya dalam usaha untuk mengerti bahasa, cita-cita, kepentingan, sikap, kebiasaan, motif, dorongan dan ciri. Hal itu mungkin sulit dilakukan dan sejarawan mungkin jarang sekali berhasil untuk melakukannya secara penuh, tetapi kewajiban itu jelas harus di penuhi jika ia berusaha untuk mengerti dan mempertimbangkan secara tidak memihak tindakan dan personalitas orang lain dan tidak semata-mata mengritiknya. Historical-mindedness kadang-kadang menuntut bahwa sejarawan dapat membela subyeknya secara lebih baik daripada yang mungkin dilakukan sebyek itu sendiri, tanpa harus mempercayainya. Ia harus memasukkan studi-studinya mengenai personalitas sesuatu daripada sifat mengerti, tetapi tidak selalu harus memaafkan, suatu kwalitas yang mungkin diberikan oleh seorang ahli psikiatri kepada studi mengenai seorang pasien. Hal itu termasuk pengertian yang sama dengan pengertian yang dikagumi oleh Acton didalam lukisan watak oleh George Eliot: “Each of them should say that she displayed him in his strength, that she gave rational from to motives he had imperfecty analyzed. That she laid bare features in his character he had never realized.”) jika Morris R Cohen benar maka “To widen our horizon, to make us see other points of view that those to which we are accustomed, is the greatest service that can be rendered by the historian, and this he can do best by concentrating on the special field which he studies to understand”.)
Identifikasi daripada pengarang dan daripada tanggal
Yang jelas merupakan esensiil daripada kritik extern, adalah penerkaan mangenai tanggal kira-kira daripada dokumen dan suatu identifikasi daripada yang menurut dugaan adalah pengarangnya (atau paling tidak, suatu rabaan mengenai lokasinya dalam waktu dan dalam ruang, serta mengenai kebiasaan, sikap, watak, pendidikan, kenalan pengarang dsb.). Jika tidak, maka adalah tidak mungkin untuk membuktikan atau menyangkal otentisitas dengan menunjukan anakronisme, tulisantangan, langgam, alibi, atau ujian-ujian lain yang menyangkut lingkungan, personalitas dan kegiatan-kegiatan sipengarang. Tetapi pengetahuan atau perkiraan yang sama juga perlu bagi kritik interm dan karena itu masalah identifikasi pengarang akan dimasukkan kedalam bab berikutnya.
Setelah menetapkan sebuah teks otentik dan menemukan apa yang sungguh-sungguh hendak dikatakan oleh pengarang, maka sejarawan baru menetapkan apa yang menjadi kesaksian saksi. Ia masih harus menetapkan apakah kesaksian itu kredibel, dan jika memang demikian, sejauh mana. Itu merupakan masalah kritik intern.
Komentar :
Dalam presentasi bab VI ini, kelompok ini sudah menyajikan yang sangat penting bagi kita semua, akan tetapi pada presentassi kemarin masih banyak anak yang ramai sendiri dan juga tidak memperhaikan, presentator kurang kreatif dalam penyampaiannya. Contohnya pada slide 1 tidak di jelaaskan kenapa semua dokumen itu otentik dan tidak semuanya menjadi dokumen sejarah, sehingga masih ada yang bertanya tentang hal ini.
Selasa, 18 Oktober 2011
Selasa, 05 Oktober 2010
Situs-situs Sejarah
Situs Gua Sampung atau yang biasa disebut Gua Lawa terletak di Kabupaten Ponorogo. Situs Gua Sampung ditemukan ada saat orang Belanda mempimpain pertanian dan mencari pupuk tanaman di gua tersebut dan selanjutnya menemukan tulang-tulang manusia puraa di gua tersebut.
Manusia pendukung :
Situs sampung merupakan salah satu peninggalan prasejarah dari zaman Mesolithikum atau batu madya. Manusia pendukung pada zaman ini adalah Papua Melanesoid , australoid. Ciri-ciri manusia purba jenis ini adalah :
• Mirip orang flores
• Berkulit hitam
• Rambut hitam
• Rahang dan mandi bula lebar
• Hidung lebar
Gambar tulang yang ditemukan di gua Sampung
Fosil yang ditemukan tidak dalam keadaan utuh tetapi berupa fragmen bentuk tengkorak , bentuknya seperti kera , pecahan rusuk. Jenis manusia purba yang ditemukan di gua sampung hidup didalam gua dan sudah menetap dan mempertahankan hidup dengan berburu , bukti kalau manusia purba yang ditemukan di Sampung hidupnya menetap yaitu ditemukannya kjokkenmoddinger atau sampah dapur setinggi ± 7 m yang sudah membatu/ sudah memfosil.
Lingkungan :
Keadaan lingkungan wilayah situs Sampung pada masa Mesolhitikum yakni :
• Kegiatan gunung api , pengangkatan dan lipatan terus berlanjut.
• Banyak Abris Souce Roche ( goa-goa yang dijadikan tempat tinggal manusia purba zaman Mesolhitikum dan berfungsi sebagai temat perlindungan dari cuaca dan binatang buas ).
• Terjadi pengendapan sungai dan letusan gunung berapi membentuk endapan aluvial.
• Zaman glasial berakhir menyebabkan berakhirnya musim dingin dan iklim menjadi panas.
Lingkungan C
Keadaan lingkungan pada waktu observasi :
• Ada sisa Abris Souce Roche
• Ditemukan Kjokkenmoddinger atau sampah dapur yang membentuk bulit kerang
• Ditemukan beberapa bekas lapisan tanah yakni :
1. Lempung hitam
2. Bekas abu gunung
3. Bekas pasir halus/bekas danau
4. Bekas sungai ( sungai areng )
Fauna Sampung :
• Ungulata ( hewan berkuku ) :
- Bibos Banteng
- Elephas Maximus
- Rhinoceros Sondaicus
- Bubalis
- Cervus Eldi
- Cervus Hippelaphus
- Muntiacus Muntjac
- Sus Vittatus
- Elephas Namadicus
- Tragulus Kanchil
- Primates ( monyet , kera , dan manusia )
- Macaca Fasciartaris
- pithecus Phyrrhus
- nycticebus Coucang
• Carnivora ( hewan pemakan daging ) :
- Felis Bengalensis
- Neofelis Nebulosa
- Paradoxurus Hermaphrodites
- Cuon Javanicus
- Lutra Cinerea
- Varanus Salvator
Kebudayaan :
Situs Sampung terkenal dengan sebutan Sampung Bone Culture yang berarti hasil kebudayaan berupa tulang yang berasal dari Sampung. Bagian dari Sampung Bone Culture adalah Abris Souche Roche , alat-alat yang ditemukan di gua-gua yang biasa disebut Abris Souche Roche adalah :
• Ujung mata panah
• Flakes atau alat serpih
• Batu penggilingan ( pipisan )
• Kapak
• Alat-alat dari tulang dan tanduk rusa
Lapisan tanah yang ada di gua Sampung
• Ciri gua Sampung atau gua lawa :
1. Berasal dari pengangkatan pegunungan kendeng
2. Bekas erosi
3. Buktinya ada beberapa lapisan yaitu : bekas abu gunung , bekas pasir halus atau danau , bekas sungai ( sungai areng )
• Stratigrafi : Setiap lapisan memiliki lapisan budaya
• Tembok gua berasal dari kapur
Gambar gua Sampung atau lawa yang menunjukkan gua berasal dari kapur
WATU KANDANG
Situs Watu Kandang merupakan peninggalan pra sejarah yang berasal dari zaman Megalhitikum atau muncul pada masa bercocok tanam dan terus berlanjut sampai masa perundagian. Yang terletak di dukuh ngasih lor, desa bangun , kecamatan matesih , kabupaten karang anyar letak astronomi 111º14’46 BT dan 17º39’7 LS dengan ketinggian ± 500 M diatas permukaan laut dan arah hadap ke timur ( semula diduga mengarah ke gunung bangun dan ganoman namun gunadi menyimpulkan mengarah ke arah munculnya matahari. Manusia pendukung pada zaman ini adalah manusia ras Australoid Mongoloid dan ciri-ciri manusia, yaitu :
• Mirip orang flores
• Berkulit hitam
• Rambut hitam
• Rahang dan mandi bula lebar
• Hidung lebar
Lingkungan :
Keadaan lingkungan pada zaman Megalhitikum, yaitu :
• Tanah sudah subur sehingga bisa dibuat untuk bercocok tanam.
• Alam sudah mulai stabil sehingga manusianya sudah tinggal menetap dan hidup secara berdampingan
• Aktivitas vulkanik sudah berkurang
• Lingkungan berupa perkampungan warga purba
Keadaan lingkungan waktu observasi :
Kompleks watu kandang ngasinan lor terletak pada tanah persawahan yang airrnya mengalir sepanjang tahun. Daerah ini termasuk daerah subur dan kesuburannya tersebut mungkin disebabkan oleh soil yang terbentuk dari hasil erupsi gunung lawu. Selain itu air dari gunung-gunung di sekitarnya yang mengalir sepanjang tahun menambah kesuburan daerah itu, air tersebut mengalir melalui kali samin yang terletak di sebelah utara ngasinan lor. Daerah ini juga termasuk daerah yang cukup sejuk karena di apit oleh gunung ganoman ( Malang ) disebelah timur dan gunung lawu di sebelah timur laut.
Gambar ini menunjukkan daerah di situs watu kandang merupakan daerah yang subur karena digunakan sebagai lahan pertanian
Kebudayaan :
Kebudayaan Megalhitikim yang ditemukan di Watu Kandang antara lain :
• Watu kandang : susunan batu besar bebentuk persegi dan membulat
Watu kandang yang ditemukan di Matesih berbentuk empat persegi panjang dan ukuran setiap watu kandang berbeda serta jumlah dari setiap watu kandang yang terbentuk selalu genap. Watu kandang digunakan sebagai pemujaan untuk kesuburan dan sebagai kuburan.
Gambar watu kandang yang menunjukkan bentuk empat persegi panjang sehingga berbentuk seperti kandang
• Menhir : tugu batu sebagai tanda peringatan nenek moyang
• Dolmen : berbentuk meja di sanggah kaki tempat meletakkan sesaji
• Lumpang batu : batu berlubang seperti tempat menumbuk padi
• Watu dakor : batu berlubang seperti alat untuk main dakon lambang kesuburan
• Kursi batu : berbentuk kursi tempat pertemuan nenek moyang
• Meja batu : untuk meletakkan sesaji berbentuk meja
• Gerabah : alat dari tanah liat terdiri dari mangkuk dan periuk
• Manik-manik : berbentuk bola heksagonal , tetragonal , berbahan batu kornelion
SANGIRAN
Situs Sangiran merupakan peninggalan prasejarah yang berasal dari zaman Kenozoikum bagian kwarter yakni plestosen bawah, sekitar 1,8 juta tahun yang lalu. Manusia pendukung dari Sangiran yang berasal dari zaman ini ada banyak, yakni Meganthropus Paleojavanikus , Pithecantropus Erectus.
Ciri-ciri manusia purba Meganthropus Paleojavanicus adalah :
• Berbadan tegap dengan tonjolan tajam di belakang kepala
• Bertulang pipi tebal dengan tonjolan kening mencolok
• Tidak berdagu
• Otot kunyah , gigi , dan rahang besar dan kuat
• Makanan jenis tumbuh-tumbuhan
• Meganthropus Paleojavanicus ditemukan oleh Ralph Von Koeniqwald , fragmen yang ditemukan berupa :
Rahang bawah
Rahang atas
Gigi lepas
Meganthropus Paleojavanicus
Ciri-ciri manusia purba jenis Pithecanthropus Erectus :
• Tonjolan kening tebal dan melintang sepanjang pelipis
• Tidak berdagu
• Hidung lebar
• Makanan jenis tumbuh-tumbuhan dan daging hewan buruan
• Tinggi tubuh kira-kira 165-180 cm
• Pithecanthropus Erectus ditemukan oleh Ralph Von Koeniqwald dan Oppenort. Fragmen yang ditemukan berupa :
Tengkorak
Tulang kering
Rekontruksi aktivitas perburuan pada masa prasejarah
Lingkungan :
Sangiran merupakan sebuah kubah yang terbentuk oleh adanya proses deformasi, baik secara lateral maupun vertikal. Proses erosi pada puncak kubah telah menyebabkan terjadinya reveerse, kenampakan terbalik, sehingga daerah tersebut menjadi daerah depresi. Bagian tengah kubah sangiran ditoreh oleh kali Cemoro sebagai sungai enteseden, sehingga menyebabkan formasi batuan tersingkap dan menunjukkan bentuk melingkar.Pada kala pliosen daerah ini menjadi laut dangkal kemudian terjadi gunung berapi akibatnya terjadi formasi Kalibeng, adanya regresi lebih lanjut pada daerah ini menyebabkan Sangiran menjadi daratan. Pada permulaan kla Plestosen bawah kegiatan Vulkanis semakin meningkat, sehingga terjadi aliran lahar dingin dan membentuk breksi vulkanik . Fosil Meganthropus mungkin muncul pada saat kegiatan vulkanis meleleh. Pada kala plestosen tengah sangiran menjadi daratan lagi, disusul dengan kegiatan vulkanis yang makin menghebat sehingga menimbulkan endapan tufa yang berlapis-lapis, proses pengangkatan tanah pada daerah ini terjadi pada kala plestosen atas dan awal kala Holosen. Adanya pelapukan dan erosi pada puncak kubah , serta pengendapan material kali Cemoro, menyebabkan kenampakan sangiran menjadi seperti sekarang ini. Manusia yang hidup pada saat itu misalnya Meganthropus paleojavanicus, Pithecanthropus erectus, dan phitecanthropus soloensis.
Secara umum situs sangiran saat ini merupakan daerah berlahan tandus, terlihat dari banyaknya tempat yang gundul tak berpohon. Hal ini disebabkan karena kurangnya akumulasi sisa-sisa vegetasi yang mengalami humifikasi membentuk humus. Jenis tanaman yang ada di Situs Sangiran, antara lain lamtoro, angsana, akasia, johar, sengon mahoni. Terdapat sungai-sungai yang terus melakukan deformasi di situs sangiran antara lain adalah Kali Cemoro dan Kali Ngrejeng. Sungai ini memiliki peranan bagi masyarakat sekitar. Bukti-bukti kehidupan ditemukan didalam endapan teras sungai purba. Di daerah tropis ini tidak banyak mengalami perubahan iklim dan memungkinkan manusia purba untuk hidup.
Keadaan lingkungan situs Sangiran
Berdasarkan proses terbentuknya & kandungannya, lapisan tanah situs Sangiran dibedakan menjadi lima lapisan.
1. Formasi Kalibeng
Lapisan tanah terbawah dan memiliki umur paling tua, terbentuk pada kala Pliosen sekitar 2 juta tahun yang lalu. Mendominasi pusat kubah sangiran, formasi kalibeng dicirikan oleh endapan laut dan gamping. Pada lapisan ini tidak ditemukan fosil mamalia tetapi fosil moluska.
2. Formasi Pucangan
Formasi ini berada diatas lapisan atau formasi kalibeng. Formasi ini berupa lempung hitam dan mulai terbentuk sekitar 1,8 juta tahun yang lalu dari endapan lahar Gunung Merapi purba dan Gunung Lawu purba. Formasi Pucangan banyak mengandung fosil manusia purba dan hewan mamalia
3. Grenzbank
Terletak diatas formasi Pucangan. Lapisan ini terdiri atas konglomerat silikaan stadium lanjut, Lapisan ini dipakai sebagai tanda batas antara Formasi pucangan dan Formasi Kabuh. Lapisan ini terdiri dari elemen laut dan kerikil terbentuk akibat erosi pegunungan selatan dan Kendeng, pada Grenzbank banyak ditemukan hewan mamalia, ditemukan pula fosil Homo Erectus.
4. Formasi Kabuh
Berupa endapan sedimen vulkanik berfasies fluviatil(pasir silang-siur). Endapan ini terjadi karena aktivitas Gunung Merapi dan Gunung Lawu purba yang terjadi pada kala plestosen tengah (500-600 ribu tahun yang lalu). Kaya akan temuan fosil manusia purba ditemukan pada formasi ini.
Gambar formasi Kabuh
5. Formasi Notopura
Berada pada lapisan teratas di situs Sangiran. Terbentuk karena akibat dari aktivitas Gunung Berapi pada kala plestosen atas (250.000-70.000 tahun yang lalu). Lapisan ini ditandai oleh endapan lahar, breksi dan pasir juga banyak ditemukan alat serpih dan fosil kerbau dan kijang.
Keadaan lingkungan pada zaman Kenozoikum bagian kwarter, yakni Pleistosen bawah antara lain :
• Lingkungan berupa laut dan rawa
• Banyak terjadi aktivitas vulkanik meninggalkan seuah lapisan yang bernama formasi kabuh
Gambar gas yang tersisa dari aktivitas vulkanik
Gambar di atas menunjukkan adanya aktivitas vulkanik pada jaman prasejarah
• Menjadi hunian manusia purba pada kala pleistosen tengah dengan wujud hutan terbuka , sungai mengalir
• Terjadi pelipatan morologi yang menjadikan Sangiran menjadi sebuah kubah
Keadaan lingkungan pada masa sekarang :
• Daerah terbuka yang tandus dan kering
• Lingkungan sekarang berupa kubah yang disebut dengan kubah Sangiran
• Ada sisa sungai purba yakni sungai cemoro
Fauna Sangiran :
• Primates ( monyet , kera dan manusia )
- Pithecanthropus Soloensis
• Carnivora ( hewan pemakan daging )
- Felis Palaeojavanica
- Felis Tigris
- Feli Pardus
• Perissodactyla ( hewan berjari ganjil )
- Rhinoceros Sondaicus
• Artiodactyla ( hewan berjari genap )
- Hexaprotodon Ngandongensis
- Sus Macrognathus
- Sus Brachygnathus
- Sus Terhaari
- Sus ex. Aff . Vittatus
- Muntiacus Muntjac
- Cervus ( Rusa ) Hippelaphus
- Cervus Javanicus
- Bubalus Palaeokarabau
- Bibos Palaeosondaicus
• Proboscidea(gajah)
Stegodon trigonochepalus
Elephas cf. namadicus
Kebudayaan :
Kebudayaan yang dihasilkan dari Sangiran antara lain :
• Alat-alat serpih yang berfungsi sebagai alat serut , gurdi , penusuk dan pisau.
Sebagian alat-alat serpih Sangiran berbentuk pendek, lebar dan tebal, dengan panjang antara 2-4 Cm. Teknologi yang umumnya digunakan pada alat batu Sangiran adalah teknik clacton, dengan ciri alat serpih tebal. Selain itu untuk mendapatkan bentuk-bentuk alat yang diinginkan lebih khusus, dilakukanlah penyerpihan kedua.
• Disamping alat serpih dan bilah yang kemungkinan digunakan sebagai alat pemotong dan penyerut kayu, ditemukan juga alat-alat yang terbuat dari batu lain, yaitu: bola batu, kapak batu, serut, beliung persegi, kapak perimbas, batu inti, dll. Bahan yang digunakan untuk peralatan tersebut adalah kalsedon, tufa kersikan, kuarsa,dll. Alat-alat pada situs Sangiran merupakan hasil teknologi kala plestosen yang dicirikan dengan pola perburuan binatang dan pengumpulan makanan sebagai mata pencahariannya.
• Kemungkinan juga berdasarkan ukuran alat-alat Sangiranyang relatif kecil;, telah ada kecenderungan untuk memilih hewan buruan yang lebih kecil.
• Alat-alat dari tulang yang termasuk kebudayaan Ngandong, juga ditemukan alat alat lain berupa alat alat kecil terbuat dari batu yang disebut dengan flakes atau alat serpih. Flakes selain terbuat dari batu biasa juga ada yang dibuat dari batu-batu indah berwarna seperti calsedon. Untuk mengetahui bentuk flakes maka amatilah gambar berikut ini.
Gambar Flakes dari Sangiran
• Flakes mempunyai fungsi sebagai alat untuk menguliti hewan buruannya, mengiris daging atau memotong umbi-umbian. Jadi fungsinya seperti pisau pada masa sekarang. Selain ditemukan di Sangiran flakes ditemukan di daerah-daerah lain seperti Pacitan, Gombong, Parigi, Jampang Kulon, Ngandong (Jawa), Lahat (Sumatera), Batturing (Sumbawa), Cabbenge (Sulawesi), Wangka, Soa, Mangeruda (Flores).
TRINIL
Situs trinil merupakan peninggalan prasejarah yang berasal dari zaman Kenozoikum bagian kwarter, yakni pleistosen tengah. Manusia pendukung pada zaman ini adalah Pithecanthropus Erectus, ciri-ciri manusia purba jenis ini adalah :
• Tinggi tubuhnya kira-kira 165-180 cm
• Tonjolan kening tebal dan melintang sepanjang pelipis
• Hidung lebar
• Tidak berdagu
• Makanan bervariasi tumbuhan dan daging hewan buruan
Phitecanthropus Erectus
Fosil yang ditemukan Eugine Dubois pada tahun 1891-1900 berupa fragmen :
• Atap tengkorak
• Tulsng paha kiri
• Fragmen tulang paha kanan
• Batang tulang paha kanan
• Batang tulang paha kiri
Linkungan :
Keadaan lingkungan situs trinil pada zaman Kenozoikum /Pleistosen tengah antar lain :
• Muka bumi sering mengalami perubahan oleh gerakan endogen dan eksogen
Endogen : proses terjadi di dalam bumi serta diterapkan juga pada batuan cebakan biji dan bentuk muka tanah yang disebabkan oleh pengaruh proses-proses tersebut , contoh : gempa bumi
Eksogen : proses terjadi di muka bumi atau dekat muka tanah seperti pelapukan , erosi , denudasi serta diterapkan pada batuan cebakan bijih dan bentuk muka tanah yang disebabkan oleh pengaruh proses-proses tersebut , contoh : tanah longsor
• Hewan dan tumbuhan telah hidup merata di bumi contohnya macan purba ( Felis Tigris ) , Stegodon Trigonocephalus , Bibos Palaeosondaicus
• Unsur lingkungan terbentuk karena adanya pengangkatan dari bawah muka laut
• Banyak kegiatan vulkanik yang telah memuntahkan bermacam macam batuan
Keadaan lingkungan pada waktu observasi
• Pada waktu observasi lingkungan wilayah trinil telah berubah menjadi sebuah musium yang bernama Musium TRINIL.Musium trinil menggambarkan bagaimana keadaan lingkungan dan manusia ada zaman kenozoikium bagian kwarter bagian pleistosen tengah yang digambarkan lengkap didalam musium tersebut.
Fauna Trinil :
• Primates ( monyet , kera dan manusia )
- Pithecanthropus Erectus
- Pithecanthropus Soloensis
- Pongo Pygmaeus
- Symphalangus Syndactylus
- Hylobates cf. Moloc
- Trachypithecus Cristatus
- Macaca Fascicularis
• Proboscidea ( gajah )
- Stegodon trigonocephalus
- Elephas hysudrindicus
- Cryptomasgodon martini
• Ungulata ( hewan berkuku )
- Rhinoceros Sondaicus
- Rhinoceros Kendengindicus
- Tapirus cf. Augustus
- Sus Macrognathus
- Sus Brachygnathus
- Hippopotamus Sivajavanicus
- Cervus ( Axis ) Leydekkeri
- Cervus ( Rusa ) Hippelaphus
- Muntiacus Muntjac Kendengensis
- Tragulus Kachil
- Duboisia Santeng
- Ephileptobtobos Groeneveldtii
- Bibos Palaeosondaicus
- Bunalus Palaeokarabau
• Carnivora ( hewan pemakan daging )
- Felis Palaeojavanica
- Elis Trigis
- Felis Pardus
- Felis Bengalensis
- Paradoxurus Hermaphroditus
- Arctictis Binturong
- Viverricula Malaccensis
- Viverra div. spec .
- Mececyon Trinilensis
- Cuon Sangiranensis
- Ursus Malayanus
- Lutra cf. Cinera
- Lutra cf. Sumatrana
• Insectivora ( Hewam pemakan serangga )
- Echinosorex sp.
• Rodentia ( Hewan pengerat )
- Lepus Nigrocollis
- Lepus Lapis
- Acanthion Brachyrus
- Hystrix sp.
- Rhizomys of. Sumantresis
- Rattus Spp.
- Bubalus sp.
- Antelope ( Dubosia )
Kebudayaan :
Kehidupan budaya manusia prasejarah tampak dalam kemahiran membuat alat mengembangkan kesenian dan membangun kepercayaan
Alat-alat kebudayaan yang ditemukan :
• Alat serpih
Berbentuk sederhana dengan memperlihatkan kerucut pukul yang jelas.Bahan batuan dengan memperlihatkan kerucut pukul yang jelas.Alat-alat serpih yang ditemukan bersama-sama perkakas masif.Alat-alat serpih dan bilah berukuran kecil dan besar (antara 4-10 cm) dan rata-rata menunjukkan kerucut pukul yang jelas.
• Kapak
Merupakan perkakas-perkakas batu yang ditemukan didaerah yang dulu dihuni oleh manusia purba jenis Pithecantropus Erectus.Secara garis esar kapak dibedakan menjadi 3 yakni:Kapak perimbas,kapak penetak,kapak genggam
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman judul………………………………………………………………………… i
Daftar Isi……………………………………………………………………………… ii
Isi
A. Sampung …..……………………………………………………...
A.1 Manusia pendukung…………………………………………..1
A.2 Lingkungan…………………………………………………...2
A.3 Observasi lingkungan…………………………………………2
A.4 Fauna………………………………………………………….2
A.5 Kebudayaan………………………..……………………….....3
B. Watu Kandang…………………………………………………….
B.1 Manusia Pendukung…………………………………………..5
B.2 Lingkungan……………………………………………....…....5
B.3 Observasi lingkungan………………………………………….5
B.4 Fauna…………………………………………………………..
B.5 Kebudayaan……………………………………………………6
C. Sangiran………………………………………………………….
C.1 Manusia pendukung……………………………………………8
C.2 Lingkungan………………………………………...…………..9
C.3 Observasi lingkungan…………………………………..…….13
C.4 Fauna…………………………………………………………13
C.5 Kebudayaan…………………………………………………..14
D. Trinil………………………………………………………………..
D.1 Manusia pendukung…………………………………………..16
D.2 Lingkungan……………………………………………………17
D.3 Observasi Lingkungan………………………………………...17
D.4 Fauna………………………………………………………….17
D.5 Kebudayaan…………………………………………………...20
Desa tingkis tercinta
Desa Tingkis terletak di Kecamatan Singgahan Kabupaten Tuban Propinsi Jawa Timur. Jarak Desa Tingkis dengan Kota Kabupaten Tuban kurang lebih 40 km, dengan arah Barat Daya dari Kota Kabupaten. Karena persediaan air yang cukup maka potensi pertaniannya cukup menjanjikan, selain itu keadaan udara juga masih segar dan sejuk.
A. DEMOGRAFI
Data dasar profil Desa/Kelurahan diperoleh dari sumbernya sebagai hasil pencatatan (registrasi) di tingkat Dusun, Lingkungan, RW, RT. Di samping itu, data dasar profil Desa /Kelurahan juga bersumber dari keadaan/fakta karakter Desa/Kelurahan yang diperoleh dari hasil perhitungan dan pengukurana/kelurahan yang diperolehdar yang dilakukan baik oleh aparat pemerintah Desa/Kelurahan sendiri, maupunyang dilakukan oleh pihak instansi tingkat atasan Desa/Kelurahan dan pihak lain yang kegiatannya diselenggarakan di wilayah Desa/ Kelurahan bersangkutan.
Keadaan Umum Wilayah Desa/kelurahan
a) Batas Wilayah Desa
Letak batas
Desa/Kelurahan
Sebelah Utara Desa Mulyoagung
Sebelah Selatan Desa Mulyorejo
Sebelah Barat Desa Mulyoagung
Sebelah Timur Desa Nguluhan
Sumber data : Desa/ Kelurahan
b) Luas Wilayah Desa/kelurahan Menurut Penggunaanya
No Penggunaan Luas (ha)
1. Pemukiman
Pemukiman Pejabat Pemerintah -
Pemukiman ABRI -
Pemukiman Real estate -
Pemukiman KPR-BTN -
Pemukiman Umum 72,12
2. Untuk bangunan
Perkantoran 0,5
Sekolah 0,6
Pertokoan/perdagangan -
Pasar -
Terminal -
Tempat Peribadatan (masjid) 0.12
Kuburan/makam 4
Jalan 3.5 km
Lain-lain -
3. Pertanian Sawah
Sawah Pengairan Teknis (irigasi) 103
Sawah Tadah Hujan 46
Sawah Pasang Surut -
Jumlah Luas Sawah 149
4. Ladang/Tegalan 60,07
5. Perkebunan -
6. Padang Rumput/Stepa 88.89
7. Hutan Buatan 112
8. Perikanan Darat/air Tawar
Tambak 0.2
Kolam -
Jumlah Luas Seluruhnya
491
Sumber : Desa/ Kelurahan
c) Orbitasi, Waktu Tempuh, dan Letak Desa/Kelurahan
No Orbitasi dan Jarak Tempuh
Keterangan
1. Jarak ke Ibukota Kecamatan 2 km
2. Jarak ke Ibukota Kabupaten/Kotamadya 40 km
3. Jarak ke Ibukota Propinsi 135 km
4. Waktu Tempuh ke Ibukota Kecamatan 0,25 jam
5. Waktu Tempuh ke Ibukota Kabupaten/Kotamadya 1 jam
6. Waktu Tempuh ke Pusat Fasilitas Terdekat (ekonomi,kesehatan, pemerintahan) 0,25 jam
Sumber : Kecamatan, Desa/ Kelurahan
Catatan : Diukur dengan mempergunakan alat transport yang digunakan masyarakat umum di Desa/Kelurahan bersangkutan.
d) Ketersediaan Alat Angkutan Umum
No Keterangan Ada/Tidak ada
1. Setiap Saat (menit),Tiap Jam Tidak Ada
2. Setiap Hari Ada
3. Setiap Minggu Ada
Sumber : Kecamatan, Desa/ Kelurahan
e) Topografi Atau Bentang Lahan
No Bentang Lahan Luas (ha)
1. Dataran 150
2. Perbukitan / Pegunungan 341
Jumlah 491
Sumber : Desa/ Kelurahan
f) Kondisi Geografis
No Kondisi Geografis Keterangan
1. Tinggi Tempat Dari Permukaan laut -
2. Curah Hujan Rata-rata per Tahun -
3. Keadaan Suhu Rata-rata 26 0 C
Sumber : Kecamatan
g) Kesuburan Tanah
No Tingkat Kesuburan
Luas (ha)
1. Sangat Subur -
2. Subur 153
3. Sedang 208
4. Tidak Subur/ Kritis 130
Jumlah
491
Sumber : Pertanian, Perkebunan, PPL
Kependudukan
1. a) Jumlah Penduduk Seluruhnya : 3121 Jiwa
b) Jumlah Kepala Keluarga (KK) : 911 KK
2. Jumlah Penduduk Dirinci menurut Golongan Usia dan Jenis Kelamin
No Golongan Umur Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki Perempuan
1. 0-12 bulan 45 63 108
2. 13 bulan-4 tahun 161 172 333
3. 5-6 tahun 31 44 75
4. 7-12 tahun 195 183 378
5. 13-15 tahun 110 135 245
6. 16-18 tahun 157 163 320
7. 19-25 tahun 91 140 231
8. 26-35 tahun 161 172 333
9. 36-45 tahun 153 167 320
10. 46-50 tahun 135 139 274
11. 51-60 tahun 91 98 189
12. 61-75 tahun 107 118 225
13. Lebih dari 76 tahun 43 47 90
Jumlah
1480 1641 3121
Sumber : Pemerintahan desa/ Kelurahan Dusun/Lingkungan RW/RT
3. Kepadatan Penduduk
No Keterangan Jumlah
1. Laki-laki 1480 jiwa
2. Perempuan 1641 jiwa
3. Jumlah seluruhnya 3121 jiwa
4. Kepadatan Penduduk 636 per km2
Sumber : Pemerintahan desa/ Kelurahan
4. Perubahan Penduduk
No Perubahan Jumlah
Laki-laki Perempuan
1. Lahir 45 37
2. Meninggal Dunia 17 15
3. Penduduk Masuk (Datang) 13 9
4. Penduduk Keluar (Pergi) 3 2
Jumlah 78 63
Sumber : Pemerintahan desa/ Kelurahan
5. Kewarganegaraan Penduduk
No Keterangan Jumlah (orang)
1. Warga Negara Indonesia 3121
2. Warga Negara asing -
Sumber : Pemerintahan desa/ Kelurahan
Struktur Mata Pencaharian Penduduk
a) Subsektor Pertanian Tanaman Pangan
No Status Jumlah (orang)
1. Pemilik Tanah Sawah 585
2. Pemilik Tanah Tegal/Ladang 210
3. Penyewa/Penggarap 165
4. Buruh Tani 763
Jumlah 1723
Sumber : Pemerintahan desa/ Kelurahan
b) Subsektor Pertenakan
No Status Jumlah (Orang)
1. Jumlah Pemilik Ternak Sapi 292
2. Jumlah Pemilik Ternak Kambing 168
3. Jumlah Pemilik Ternak Ayam 677
4. Jumlah Pemilik Ternak Kerbau -
5. Jumlah Pemilik Ternak Kuda 7
Jumlah 1144
Sumber : Pemerintahan desa/ Kelurahan
c) Subsektor Industri
No Status Jumlah (orang)
1. Jumlah Pemilik usaha Kerajinan 1
2. Pemilik Usaha Industri Kecil 16
3. Pemilik Usaha Industri Sedang 1
Jumlah 18
Sumber : Pemerintahan desa/ Kelurahan
d) Sektor Jasa/Perdagangan
No Status/Jenis Jasa/Perdagangan Jumlah
1. Jasa Pemerintahan/non pemerintahan
a. Pegawai Negeri Sipil
• Pegawai Kelurahan
• Pegawai Kecamatan
• Guru
• ABRI/Polisi
• Mantri Kesehatan/Perawat
• Bidan
• Dokter
b. Pensiunan ABRI/Sipil
c. Pegawai Swasta
d. Pegawai Perhutani
9
2
32
27
-
1
-
14
17
21
2. Jasa Perdagangan
a. Pasar Desa/Kelurahan
b. Warung
c. Kios
d. Toko
-
7
5
17
4. Jasa Penginapan
a. Losmen
b. Hotel
c. Wisma
d. Asrama/Pondokan
-
-
-
-
5. Jasa Komunikasi dan Angkutan
a. Angkutan Tak Bermotor
b. Angkutan Sepeda Motor
c. Mobil Kendaraan Umum
d. Perahu
e. Angkutan Laut
7
5
3
-
-
6. Jasa Keterampilan
a. Tukang Kayu
b. Tukang Batu
c. Tukang Jahit
d. Tukang Cukur
45
17
9
3
Sumber : Pemerintahan desa/ Kelurahan
e) Struktur Pemilikan Tanah
No Luas Pemilikan Tanah Jumlah (orang)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9. Kurang dari 0,1 ha
0,1-0,5 ha
0,6-1,0 ha
1,1-1,5 ha
1,6-2,0 ha
3-5 ha
6-8 ha
9-10 ha
Lebih dari 10 ha 112
307
106
48
23
5
-
-
-
Sumber : Pemerintahan desa/ Kelurahan
B. DESKRIPSI UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN
Sistem Religi
Sistem religi mempunyai wujud sebagai keyakinan, dan gagasan-gagasan tentang Tuhan, dewa-dewa, roh-roh halus, neraka, surga, dan sebagainya, tetapi mempunyai juga wujudnya yang berupa upacara-upacara, baik yang bersifat musiman maunpun yang kadangkala, dan kecuali itu setiap system religi juga mempunyai wujud sebagai benda-benda suci dan benda-benda religious.
Agama yang di anut sebagian besar penduduk Desa Tingkis adalah agama Islam dan ada juga Kristen tetapi persentasenya sangat kecil sekitar 0,2 % dan persentase pemeluk agam islam 99,8%. Kegiatan-kegiatan keagamaan yang di lakukan khususnya oleh pemeluk agam islam di antaranya adalah : peringatan maulud Nabi Muhammad SAW, peringatan Isra’ Mi’raj, peringantan Tahun Baru Hijriyah, pemotongan Hewan Kurban yang dilakukan pada saat Idhul Adha, pembagian Zakat Fitrah dan lain sebagainya.
Pemotongan hewan kurban di halaman Masjid Jami’ Al-Ikhlas Desa Tingkis.
• Tradisi/Kebiasaan/Adat
1. Manganan (sedekah bumi)
Biasanya dilakukan di makam, perempatan jalan, jembatan, punden (tempat-tempat yang di anggap sebagai tempat keramat). Juga tempat lain yang di anggap membawa manfaat yang besar bagi penduduk sekitar, misalnya sebagai sumber air (Air Terjun Nglirip dan Sendang Watu) Makam-makam yang biasanya di gunakan untuk melakukan ritual sedekah bumi : Kayu Lemah, Mbanaran, Secang, Mbah buyut Talang, dan Singoproyo.
Acara Manganan yang di lakukan Di Makam Kayu Lemah oleh warga desa Tingkis
Air Terjun Nglirip sebagai sumber air Desa Tingkis dan sebagai tempat wisata di Kabupaten Tuban
2. Upacara Kematian dan Peringatannya
Upacara kematian di Desa Tingkis sesuai dengan tuntunan Islami dan di lanjutkan dengan memperingati pada 3 hari, 40 hari, 100 hari, serta 1000 hari setelah kematian dengan cara di lakukannya tahlil, pengajian,slametan dan ada sembelih hewan seperti kambing dan sapi untuk menjamu tamu yang di undang dan masyarakat sekitar.
Acara tahlil yang dilakukan masyarakat desa Tingkis
Kesenian
Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks.
Kesenian yang ada di desa Tingkis antara lain :
1. Tayub Tuban (sindir)
Unsur-unsur yang ada didalam Tayub
a. Panjak, yaitu penabuh gamelan
Panjak
b. Waranggono, yaitu penari atau penyanyi yang melantunkan gending dan menari.
Waranggono
c. Landang, yaitu pemandu acara saat pertunjukan
Alat-alat yang digunakan
a. Gamelan, terdiri dari gong, bonang, rebab, gembangan, kendang, ketipung
Gamelan
b. Pengeras suara (sound)
Urutan Pelaksanaannya
Gamelan ditabuh, landang memandu acara, waranggono melantunkan gending dan menari, dan tamu ikut menari bergiliran dengan di pandu oleh Landang. Dalam pelaksanaannya dalam suatu pertunjukan Tayub, Waranggono minimal 2 orang, bisa sampai 6 orang.
Pertunjukan tayub
2. Wayang Kulit
Unsur-unsur yang Ada Dalam Wayang Kulit
a. Dalang, yaitu orang yang memainkan wayang kulit saat pertunjukan dan sekaligus mengatur jalannya cerita.
Dalang sedang memainkan wayang saat pertunjukan
b. Sinden, yaitu pelantun gending
Sinden
c. Panjak, yaitu penabuh gamelan
Panjak menabuh gamelan
Alat-alat yang digunakan
c. Gamelan, terdiri dari gong, bonang, rebab, gembangan, kendang, ketipung
Gamelan
d. Pengeras suara (sound)
Dalam suatu pertunjukan wayang kulit harus ada cerita atau tema (lakon) dalam pertunjukan, contohnya : Bimo Suci, Wahyu Makutaromo, Lahire Gatut Koco, Petruk jadi Ratu,dan lain-lain.
Pertunjukan wayang kulit
3. Hadroh
Unsur-unsur yang Ada Dalam Hadroh
a. Vocal, terdiri antara 2-8 orang
vocal hadroh melantunkan lagu-lagu Islam saat pertunjukan
b. Penabuh, terdiri antara 5-10 orang
Penabuh
Alat-alat yang di dunakan
a. Rebana
b. Tambur
Hadroh lebih cenderung melantunkan lagu-lagu islam
Bahasa
Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat.
Bahasa keseharian yang digunakan oleh penduduk desa Tingkis adalah bahasa jawa. Dengan logat yang khas bahasa Tuban. Contohnya ketela pohon di sebut “ menyok”, ketela rambat disebut “telo”, dan menggunakan imbuhan partikel “leh” pada kata-kata tetentu, contohnya : “ojo ngono leh” yang artinya “jangan begitu”.
Mata Pencaharian
Sebagian besar pekerjaanyan sebagai petani, ada juga sebagai PNS (guru), polisi, TNI, buruh tani, pembantu rumah tangga, pegawai perhutani, pedagang, pengusaha kecil (home industry), misalnya pembuat tahu, tempe, tukang batu, tukang kayu.
Penyiangan rumput pada tanaman padi oleh buruh tani Desa Tingkis
Pembuatan tempe
Teknologi
Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala peralatan dan perlengkapan. Teknologi muncul dalam cara-cara manusia mengorganisasikan masyarakat, dalam cara-cara mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam memproduksi hasil-hasil kesenian.
Masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang hidup dari pertanian paling sedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional (disebut juga sistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik), yaitu:
o senjata
o Alat-alat produktif
o wadah
o alat-alat menyalakan api
o makanan
o pakaian
o tempat berlindung dan perumahan
o alat-alat transportasi
Teknologi yang ada di Desa Tingkis antara lain adalah :
a. Teknologi Pertanian
• Penggunaan Traktor, yaitu alat atau mesin yang digunakan untuk mengolah lahan pertanian
Traktor, untuk mengolah lahan pertanian
• Mesin perontok padi
Mesin perontok padi
• Mesin penggilingan Padi
Tempat penggilingan padi
• Mesin pompa air
Pompa air, untuk irigasi
b. Teknologi Industri Kecil
• Mesin Pengolah tahu
Mesin pengolah tahu
• Mesin Penggiling Kedelai
Mesin pembuat tempe
Proses pembuatan tempe
• Mesin pemecah batu
Mesin pemecah batu
Batu pecahan yang dihasikan oleh mesin pemecah batu
Sistem Kekerabatan dan Organisasi Sosial
Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial. Meyer Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan. Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya. Dalam kajian sosiologi-antropologi, ada beberapa macam kelompok kekerabatan dari yang jumlahnya relatif kecil hingga besar seperti keluarga ambilineal, klan, fatri, dan paroh masyarakat. Di masyarakat umum kita juga mengenal kelompok kekerabatan lain seperti keluarga inti, keluarga luas, keluarga bilateral, dan keluarga unilateral. Di Desa Tingkis kekerabatannya sebagian besar masih berasal dari keluarga asli Desa Tingkis dan sebagian kecil berasal dari luar daerah Tingkis. Misalnya dari Bojonegoro, Lamongan, Gresik, Malang, Banyuwangi ada juga yang berasal dari Jawa Tengah, Jakarta, bahkan dari luar Jawa, yaitu Lampung dan Palembang.
Sementara itu, organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri. Di Desa Tingkis oraganisasi social yang ada diantaranya adalah : AMPI ( Angkatan Muda Pembaruan Indonesia ) dan Kelompok Tani Sumber Makmur.
C. ASAL-USUL DAN GAMBARAN KEADAAN DESA TINGKIS
Keadaan Desa Tingkis yang dikelilingi oleh perbukitan
Gambaran Keadaan Wilayah Desa Tingkis
Desa Tingkis dirasakan cukup aman untuk tempat tinggal karena di tepi Desa sebelah Timur dan Utara dikelilingi oleh perbukitan dan mempunyai sumber air besar yang bermanfaat bagi kehidupan, misalnya untuk minum dan lahan pertanian sehingga cadangan air, cukup untuk mengolah tanah sepanjang tahun walaupun pada musim kemarau, sehingga persediaan air cukup melimpah dibandingkan daerah-daerah lainnya, karena persediaan ari cukup melimpah maka potensi pertanian di Desa Tingkis sangat menjanjikan dan Tingkis merupakan penghasil padi yang cukup besar di Kabupaten Tuban. Pola tanam pertanian di Desa Tingkis selain penghasil padi juga ada jagung, kedelai, kacang panjang, dan Lombok. Secara keseluruhan keadaan ekonomi masyarakat Desa Tingkis cukup dinamis, hal ini cukup di tunjang oleh program pemerintah Kabupaten Tuban yaitu penyediaan sarana infrastruktur berupa jalan poros desa dan jalan lingkungan yang sudah beraspal yang meruoakan program PPM ( Proyek Pemberdayaan Masyarakat) mulai tahun 2001 hingga sekarang. Program PPM di Kabupaten Tuban merupakan program handalan yang mendapat penghargaan dari Pemerintah Pusat.
Asal-usul Desa Tingkis
Pada zaman pejajahan Belanda banyak tentara yang berasal dari Desa Tingkis dan luar Tingkis. Perang melawan penjajah banyak terjadi di luar Tingkis. Jarang sekali penjajah memasuki kawasan Tingkis karena selalu gagal mengalahkan tentara Indonesia, dan kemenangan berada di tentara Indonesia jika peperangan terjadi di kawasan Desa Tingkis. Hal tersebut terjadi berulang-ulang, setiap terjadi peperangan di Desa Tingkis pasti Tentara Indonesia meraih kemenangan. Jika terjadi peperangan di luar Desa Tingkis dan Tentara Indonesia terdesak maka Tentara Indonesia selalu lari dan bersembunyi di Desa Tingkis. Persembunyian di Desa Tingkis dirasakan cukup aman untuk tempat tinggal karena di tepi desa sebelah timur dan utara dikelilingi oleh perbukitan, dan Di Desa Tingkis dianggap bisa melindungi Tentara Indonesia,sehingga penyerangan oleh penjajah di Desa Tingkis selalu di “TANGKIS” atau di tahan, oleh karena itu tempat persembunyian tentara tersebut selanjutnyadisebut “ DESA TINGKIS” dari kata “ TANGKIS”.
Rabu, 11 Maret 2009
BIOGRAFI
Nama lengkap saya Dhinta Verdiana Marshativa, biasa dipanggil Dhinta. Tempat tanggal lahir saya Tuban, 26 Maret 1991 anak pertama dari pasangan Subagiyono dan Endang Puji Rahayu. Pada waktu saya lahir ayah saya tidak bisa menyaksikan dan mendampingi ibu saya melahirkan karena ayah pada saat itu sedang tugas di luar kota dan kembali setelah 3 hari dari kelahiran saya. Alamat rumah saya di Desa Tingkis RT 03 RW 03 Singgahan Tuban. Masa kecil saya bahagia, karena setiap permintaan saya akan di penuhi oleh orang tua saya,kalau tidak di penuhi permintaan saya, saya pasti marah dan tidak mau pulang ke rumah dan tidur di rumah nenek.
Saya memulai pendidikan saya di bangku TK Darma Wanita Desa Tingkis, di sana saya di ajarkan bayak hal sehingga saya bisa membaca,menulis dll. Teman saya banyak yang selalu menemani saya, karena waktu awal masuk TK saya takut dan tidak berani masuk sekolah.
Saya melanjutkan pendidikan di bangku SDN Tingkis. Dari kelas satu saya mempunyai banyak teman yang selalu menurut tapi pad waktu kelas tiga ada seorang kakak kelas yang tidak naik kean dan akhirnya dia menjadi teman sekelas saya. Dia jahat, saya takut dengan dia, dan akhirnya saya dan teman-teman selalu menuruti apa permintaannya .
Pada waktu kelas lima, dan pada saat itu waktu istirahat, buku anak itu ketinggalan di rumahnya dan saya harus mengantar dia, karena rumahnya jauh akhirya saya meminjam sepeda pancal teman saya ternyata sepeda itu tidak ada remnya dan pada waktu itu jalannya turun dan saya tidak bisa menghentikan sepeda saya dan akhirnya saya jatuh dan terpental di jalan,. Dan saya terluka parah sampai di jahit sebanyak 4. Say di antar oleh tetangga saya di rumah dan tetangga saya segera menghubungi orang tua saya karena pada saat itu mereka tidak ada di rumah dan mereka masih bekerja. Sesampai di rumah orang tua saya kasihan melihat saya yang tidur terbaring lemas, dan mereka sangat marah pada teman saya yang menyebabkan saya jatuh. Sesudah kejadian itu teman-teman saya selalu menemani saya dan tidak akan menuruti permintaan anak jahat itu.
Setelah lulus SD saya melanjutkan pendidikan saya di SMPN 1 Singgahan. Sekolahnya lumayan jauh dari rumah saya sekitar 4 km dan setiap pergi dan pulang sekolah saya naik mobil rombongan yang khusus yang mengantarkan saya dan teman-teman belajar di SMP. Saya mempuyai banyak teman di sana karena merara berasal dari mbermacam-macam desa dan saya harus bisa beradapyasi dengan mereka. Banyak pengalaman saya belajar di SMP karena saya mengikuti ekstrakulikuler pramuka dan saya banyak di ajarkan banyak hal di sana mulai dari mandiri, tiadak bergantung dengan orang lain dll.
Pada waktu akan ujian kelulusan saya belajar sungguh-sungguh karena saya ingin melanjutkan di sekolah favorit di kota, dan akhirnya harapan itu terkabul saya dapat melantkan sekolah saya di Bojonegoro.
Di SMAN 2 Bojonegoro saya melanjutkan pendidikan. Saya sangat senang dan bangga bisa sekolah di smada karena banyak hal yang aku peroleh selama ini. Banyak guru-guru yang memberi banyak motivasi kepada saya untuk memoersiapkan masa depan saya agar sukses di dunia maupun di akhirat, dan semoga tahun ini anak kelas XII bisa LULUS 100 %. Amin. . . . . . . . . . .
Setelah lulus saya ingin melanjutkan pendidikan saya di UNESA dan semoga saya dapat di terima dan mempunyai nilai yang memuskan, karena hanya itu yang bisa saya berikan kepada orang tua saya. AMIN YA ALLAH. . . . .