Nama :Dhinta Verdiana Marshativa
Nim/Kelas :094284238/C
Jurusan :Pendidikan Sejarah 2009
Masalah Otentisitas atau Kritik Exter
Masalah Otentisitas atau Kritik Extern
Masalah otentitas jarang dihadapi oleh ahli sosiologi, psikologi atau antropologi, yang pada umumnya mempunyai suatu subyek hidup dibawah pandangan matanya, yang dapat dilihat pada waktu ia menyusun otobiografinya dan dapat menginterogasinya mengenai hal-hal yang menimbulkan kesangsian. Sesungguhnya sering timbul masalah orientitas lebih sedikit terjadi mengenaai sumber-sumber tercetak, hal itu disebabkan karena biasanyaseorang editor yang terdidik telah melaksanakan tugas otentikasi
Dokumen yang palsu atau menyesatkan
Pemalsuan dokumen dalam keseluruhan atau sebagian,meskipun bukan merupakan suatu hal yang biasa,namun cukup sering terjadi,sehingga seorang sejarawan yang cermat harus senantiasa waspada terhadapnya.Dokumen sejarah dipalsu karena beberapa sebab,yang terkandang mereka pergunakan untuk mendukung suatu claim yang palsu.Contoh yang terkenal adalah donasi konstantinus yang pernah dipetik untuk mendukung teori bahwa para paus mempunyai claim territorial yang luas dibarat.Kadang –kadang pemalsuan didorong oleh motif yang tidak sebegitu mengejar keuntungan,yang terutama menjadi motif dari pembuatan “The protocols of the elders of zion”,suatu dokumen yabg berpretensi yang mengungkap suatu komplotan yahudi yang nekat menguasai dunia adalah propaganda politik.Kadang-kadang dokumen yang sejati sekali dimasukan untuk menyesatkan orang-orang sejaman tertentu dan karenanya telah menyesatkan sejarawan-sejarawan pada masa sesudahnya.Dengan demikian mungkin bagi kita untuk bersikap selalu skeptic mengenai sebuah dokumen yang boleh jadi sejati,meskipun bukan yang kita duga.
Sekali-sekali misrepresentasi mengenai sifat daripada karya-karya tercetak,merupakan akibat dari pada permainan editor. Kini masih menjadi bahan perdebatan,mana diantara sekian banyaknya karangan yang diangkat hasil karya Kardinal Richelieu dalam kenyataannya memang ditulis dan dinamakan Memories de jean
Situasi dari pada pemalsuan atau mispresentasi dari pada dokuen sejarah mungkin sering mengandung informasi politik,budaya,dan biografis yang penting,tapi tak mengenai peristiwa atau peristiwa yang sama,andaikata dokumen itu sejati.
Ujian bagi otentisitas
untuk membedakan satu tipuan atau suatu misrepresentasi dari sebuah dokumen sejati,sejarawan harus menggunakan ujian atau tes yang juga biasa digunakan dalam penelitian polisi atau kehakiman.Setelah menerka sebaikanya tanggal dari pada dokumen,ia menyelidiki materi untuk mengetahui apakah tidak anakronistis.setelah menerka sebaiknya pengarang dari pada dokumen berusaha melakukan identifikasiterhadap tulisan tangan,tanda tangan,materai,jenis huruf,atau watermark. Untuk beberapa periode di dalam sejarah, ahli-ahli yang mempergunakan teknik yang dikenal dengan sebutan paleografi dan diplomatic pertama kali oleh Mabilon. Pada abad ke-17.Referensi anakronis pada peristiwa (terlalu awal,terlalu akhir,jauh) atau penanggalan dokumun pada suatu waktu tatkala penganrang tidak mngkin hadir pada tempat yang dituju dapat membuka kedok kepalsuan, kandang-kadang pemalsu yang mengikuti sumber-sumber sajarah yang baik. secara terlalu cermat sehingga produknya menjadi suatu kopi yang terlalu menyolok pada bagian-bagian tertentu atau apabila dengan jalan penyaduran dan penambahan yang pandai ia cukup lihai untuk menghindarkan pemergokan secara itu, ia akan terbuka kedoknya oleh adanya dalam perteleaan yang dibuatnya segi-segi kecil dan detail yang tidal dikenal. Tetapi biasanya, jika sesuatu dokumen tersimpan di suatu tempat dimana ia memang sepatutnya disimpan, misalnya saja di arsip keluarga, atau di antara surat-surat sebuah kantor niaga atau kantor pengacara, atau di dalam rekaman-rekaman kantor pemerintah (tetapi bukannya hanya karena di dalam sebuah peroustakaan atau di dalam koleksi otograf seorang amatir).
Dokumen-dokumen yang cacat
Sebuah dokumen dalam keseluruhannya atau untuk sebagian besarnya merupakan hasil daripada suatu usaha sengaja untuk menipu, mungkin sering sukar menilainya taoi kadang-kadang tidak begitu menimbulkan kesukaran seperti sebuah dokumen yang tidak otentik hanya untuk sebagian kecil saja. Karena bagian-bagian seperti itu biasanya tidak disebababkan oleh pengasuhan dengan sengaja, melainkan merupakan akibat daripada kesalahan yang tidak disengaja. Dokumen- dokumen yang cacat karena :
Sering dipalsukan
Penggandaan terhadap dokumen asli
Penurunan dokumen yang tidak hati-hati
SEHINGGA, sejarawan HARUS melakukan Tes Keakuratan yang biasa dilakukan para ahli Filologi yang disebut dengan KRITIK TEKS
Restorasi Teks
Teknik ini ruwet tettapi dapat dilukiskan secara singkat. Tugas yang pertma adalah mengumpulkan sebanyak-banyaknya kopi daripada teks yang diragukan sejauh dapat dihasilkan oleh pencarian yang rajin. Apabila kopi terdekat dengan yang asli dalam setiap keluarga telah ditemukan, suatu perbandingan daripada semua kopi ayah itu biasanya akan menunjukkan dan bagian-bagian terdapat di dalam beberapa kopi, tetapi tidak dapat di dalam yang lain.
Dengan metode yang sama kita bahkan dapat menerpa isi, setidak-tidaknya sebagian dari isi sebuah manuskrip “ayah”, meskipun tidak terdapat suatu kopi lengkap darinya.
Cara dari restorasi teks adalah :
Mengumpulkan sebanyak-banyaknya turunan-turunan teks yang dianggap meragukan.
Membandingkan antar turunan satu sama lain
Mengidentifikasi kesalahan yang mungkin ada
Merumuskan hipotesis yang seakurat mungkin terhadap isi dari turunan-turunan teks tersebut
Ilmu Bantu Sejarah
Genealogi
Numismatik
Ilmu heraldik
Bibliografi
Lexikografi
Egyptologi
Papirologi
Assiriologi
Kritik Injil
Filologi
Epigrafi klasik
Paleografi
Sfragistik/ sigillografi
Kronologi Sebagai Ilmu Bantu
Studi kronologi bagi sejarawan memudahkan pemecahan dari pada masalah pengukuran waktu. Ahli kronologi menerangkan berbagai tarikh, atau system penanggalan yang telah dipakai di berbagai tempat dan pada berbagai waktu dan memungkinkan kita untuk menterjemahkan penanggalan dari satu tarikh kepada yang lain. Kronologi Sebagai Ilmu Bantu digunakan untuk memudahkan pemecahan masalah pengukuran waktu. Dengan cara menerangkan sistem tarikh secara cermat
Penyimpangan diantara sumber-sumber
Pada penyimpangan diantara sumber-sumber banyak dijumpai pada Kopian atau turunan-turunan Dokumen atau manuskrip yang sama tapi tidak identik. Sejarawan HARUS mencoba selayaknya sebagai ahli filologi
Masalah arti sematik
Imperialis pada era 1885 mempunyai arti yang lebih baik daripada pada era 1950 an dan pada era sekarang kata demokrasi berubah artinya jika melihat pada daerah timur dan barat daripada sungai oder. Perubahan-perubahan arti semacam inilah akan mengalami salah pengertian yang mendalam mengenai perkembangan-perkembangan sejarah yang penting jika kita tidak menyadarinya. Masalah semantik meliputi penggunaan semua pengetahuan yang di miliki oleh para sejarawan mengenai periode dan saksi. Karena sering kali saksi-saksi terutama yang buta huruf tidak menggunakan kata-kata dalam kamus dan kombinasi yang dibenarkan oleh kamus.
Jika mengetahui bahwa wanita hunian merupakan kenyataan bagi beberapa orang, bahwa campur tangan dewata tidak kurang nyatanya bagi orang lain, bahwa iblis, tuyul dan peri mendiami pelbagai dunia, bahwa milik pribadi keramat untuk beberapa orang dan haram bagi orang lain, bahwa Tuhan menyelamatkan beberapa orang dengan kurnia dan orang lain dengan karya baik, bahwa mukjizat merupakan tanda daripada sifat gampang percaya bagi orang lain, dengan mengetahui pola-pola berfikir semacam itu baik yang kontradiktif maupun suplementer, sejarawan dari setiap periode dapat menangkap nuance-nuance yang juga tidak akan lepas dari perhatiannya. Tugas sejarawan adalah untuk mengerti bukan saja apa arti formil daripada kata-kata sesuatu dokumen melainkan juga apa yang oleh saksi dimaksudkan untuk di sampaikan.
Masalah arti hermeneutik
Apabila kita menjumpai bahasa yang meragu-ragukan, maka akan timbul suatu persoalan tambahan karena kedwiartian( ambiguity) yang mungkin bersifat sengaja ataupun tidak sengaja. Suatu misal apa yang dimaksudkan oleh orang yang menulis kepada seorang pengarang ?.
Masalah hermeneutik menjadi sangat kuat apabila dapat diduga bahwa ada maksud untuk dengan sengaja menutupi arti. Usaha dalam menyembunyikan arti secara sengaja tidak hanya menyangkut masalah kode dan tulisan rahasia serta bahaya memasukkan prasangka seseorang kedalam dokumen melainkan juga menyangkut ketrampilan tertentu dalam menyusun teka-teki/ puzzles dan tipuan kata /word-tricks.
Historical – mindedness
Masalah yang dekat dan berhubungan erat dengan persoalan semantik dan hermeneutik adalah masalah untuk mengerti perilaku pada latar belakang zamannya. Menilai masyarakat-masyarakat yang lebih awal dengan ukuran kode etik yang lebih maju mengharapkan pertimbangan yang seimbang dan tindakan yang normal dalam masa perang, revolusi atau pergolakan. Serta masalah adat, kebiasaan dan toleransi terhadap budaya daerah lain untuk menempatkan orang dan peristiwa pada latarbelakang sejarahnya sendiri, akan mengakibatkan kegagalan pula didalam usaha untuk mengerti dokumen-dokumen yang ditinggalkan dan hampir selalu mengakibatkan timbulnya pertimbangan yang salah mengenai personalitas dan mores daripada latarbelakang itu. Kemampuan untuk menempatkan diri di tempat individu lain dari jaman dan kemampuan untuk menafsirkan dokumen, peristiwa dan personalitas dengan pandangannya, ukurannya dan simpatinya ( tanpa harus mengorbankan ukuran-ukuran kita sendiri ) kadang- kadang disebut historical- mindedness.
Hal itu erat berhubungan dengan proses- proses yang oleh para ahli psikologi disebut empathi dan intuisi. Hal itu menuntut suatu usaha untuk mengendalikan dan mengoreksi suatu keterampilan lain, meskipun sama sifatnya dengan muda dapat bergerak ke arah yang berlawanan yakni kemampuan untuk menafsirkan masa lampau dalam rangka analogi dengan pengalaman kita. Meskipun pertanyaan-pertanyaan sejarawan mengenai periode yang lebih awal maupun yang ia pelajari adalah sedikit banyak cenderung untuk timbul dari masa kininya sendiri, yakni kerangka referensi, ukuran, institusi, situasi, tardisi dan aspirasinya sendiri, namun sebagai sejarawan ia mempunyai kewajiban untuk menjawabnya dari sudut situasi dan “ekologi” subyeknya. Historical-mindedness menuntut dari si penyelidik supaya menanggalkan personalitasnya sendiri dan sejauh mungkin mengambil personalitas subyeknya dalam usaha untuk mengerti bahasa, cita-cita, kepentingan, sikap, kebiasaan, motif, dorongan dan ciri. Hal itu mungkin sulit dilakukan dan sejarawan mungkin jarang sekali berhasil untuk melakukannya secara penuh, tetapi kewajiban itu jelas harus di penuhi jika ia berusaha untuk mengerti dan mempertimbangkan secara tidak memihak tindakan dan personalitas orang lain dan tidak semata-mata mengritiknya. Historical-mindedness kadang-kadang menuntut bahwa sejarawan dapat membela subyeknya secara lebih baik daripada yang mungkin dilakukan sebyek itu sendiri, tanpa harus mempercayainya. Ia harus memasukkan studi-studinya mengenai personalitas sesuatu daripada sifat mengerti, tetapi tidak selalu harus memaafkan, suatu kwalitas yang mungkin diberikan oleh seorang ahli psikiatri kepada studi mengenai seorang pasien. Hal itu termasuk pengertian yang sama dengan pengertian yang dikagumi oleh Acton didalam lukisan watak oleh George Eliot: “Each of them should say that she displayed him in his strength, that she gave rational from to motives he had imperfecty analyzed. That she laid bare features in his character he had never realized.”) jika Morris R Cohen benar maka “To widen our horizon, to make us see other points of view that those to which we are accustomed, is the greatest service that can be rendered by the historian, and this he can do best by concentrating on the special field which he studies to understand”.)
Identifikasi daripada pengarang dan daripada tanggal
Yang jelas merupakan esensiil daripada kritik extern, adalah penerkaan mangenai tanggal kira-kira daripada dokumen dan suatu identifikasi daripada yang menurut dugaan adalah pengarangnya (atau paling tidak, suatu rabaan mengenai lokasinya dalam waktu dan dalam ruang, serta mengenai kebiasaan, sikap, watak, pendidikan, kenalan pengarang dsb.). Jika tidak, maka adalah tidak mungkin untuk membuktikan atau menyangkal otentisitas dengan menunjukan anakronisme, tulisantangan, langgam, alibi, atau ujian-ujian lain yang menyangkut lingkungan, personalitas dan kegiatan-kegiatan sipengarang. Tetapi pengetahuan atau perkiraan yang sama juga perlu bagi kritik interm dan karena itu masalah identifikasi pengarang akan dimasukkan kedalam bab berikutnya.
Setelah menetapkan sebuah teks otentik dan menemukan apa yang sungguh-sungguh hendak dikatakan oleh pengarang, maka sejarawan baru menetapkan apa yang menjadi kesaksian saksi. Ia masih harus menetapkan apakah kesaksian itu kredibel, dan jika memang demikian, sejauh mana. Itu merupakan masalah kritik intern.
Komentar :
Dalam presentasi bab VI ini, kelompok ini sudah menyajikan yang sangat penting bagi kita semua, akan tetapi pada presentassi kemarin masih banyak anak yang ramai sendiri dan juga tidak memperhaikan, presentator kurang kreatif dalam penyampaiannya. Contohnya pada slide 1 tidak di jelaaskan kenapa semua dokumen itu otentik dan tidak semuanya menjadi dokumen sejarah, sehingga masih ada yang bertanya tentang hal ini.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar