Minggu, 13 November 2011

Nama : Dhinta Verdiana Marshativa
Nim/Kelas : 094284238/C
Jurusan : SI Pendidikan Sejarah 2009

1. Apakah beda antara kritik ekstern dan kritik intern? Terangkan cara-cara untuk membuktikan keduanya!
Jawab :
- Kritik Ektern
Kritik ekstern ditujukan untuk menjawab beberapa pertanyaan pokok berikut:
 Apakah sumber yang telah kita peroleh tersebut betul-betul sumber yang kita kehendaki
 Apakah sumber itu sesuai dengan aslinya atau tiruannya
 Apakah sumber tersebut masih utuh atau telah mengalami perubahan.
Inti dari Kritik Extern adalah penafsiran tanggal dokumen dan identifikasi berdasarkan hipotesis yang mungkin juga yang dimaksudkan pengarangnya. Kritik ekstern yang dimaksudkan untuk mengetahui keaslian sumber secara fisik
Cara membuktikannya :
Kritik eksternal atau pemilahan berdasarkan keaslian sumber. Untuk menentukan keaslian sumber, dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti melihat material sumber tersebut apakah sesuai dengan zamannya atau tidak, jika sesuai maka sumber tersebut kemungkinan besar merupakan sumber asli.
- Kritik Intern
Kritik internal ditujukan untuk menjawab pertanyaan:
 Apakah kesaksian yang diberikan oleh sumber itu memang dapat dipercaya. Untuk itu yang harus dilakukan adalah membandingkan kesaksian antar berbagai sumber (cross examination).
Kritik intern digunakan untuk mengetahui kredibilitas fakta (informasi) yang ada dalam sumber sejarah, apakah dapat dipercaya atau tidak.
Cara membuktikannnya :
Kritik internal atau pemilahan berdasarkan kredibilitas (tingkat kepercayaan). Pemilahan ini dapat dilakukan dengan menentukan kemauan dan kemampuan sumber dalam menyampaikan kebenaran. Jadi, dalam pemilahan kredibilitas harus dilihat dari kompetensi dan kejujuran sumber.

2. Gambarkan secara singkat mengajarkan teknik-teknik sejarah yang disampaikan oleh Loius Gatschalk (Bab VIII), kemudian komentari langkah tersebut menurut anda!
Jawab :
a. Pemilihan Subjek.
Seorang pemula dapat dengan mudah menemukan sesuatu subjek yang menarik minatnya dan subyek itu layak untuk diselidiki dengan menanyakan empat perangkat pertanyaan, yaitu :
a. Perangkat pertanyaan yang bersifat geografis. Yang menjadi focus adalah interogatif, yaitu dimana?.
b. Perangkat pertanyaan kedua bersifat biografis. Yang menjadi focus interogatif yaitu siapa?
c. Perangkat pertanyaan ketiga bersifat kronologis, yang menjadi focus interogatif adalah bilamana?
d. Perangkat pertanyaan yang keempat bersifat fungsional yang berkisar disekitar interogatif, Apa?
b. Pengumpulan Objek (sumber).
Berlainan dengan ahli antropologi yang berminat kepada masyarakat-masyarakat pra-aksara dasn ahli arkeologi yang berminat kepada artifact, maka sejarawan terutama menggunakan kesaksian yang terkandung di dalam dokumen-doumen tertulis. Dokumen-dokumen tertulis itu dapat dibagi atas kategori-kategori pokok seperti autobiuografi, surat, laporan surat kabar, laporan steno dari badan-badan legislatif dan yudikatif serta arsip-arsip dari instansi-instansi niaga, pemerintahdan sosial.
c. Mengedit sebuah dokumen
Suatu hal yang harus dihindari oleh sejarawan muda adalah pengutipan yang terlalu panjang dan terlalu sering. Sejarawan muda harus menempatkan dokumen itu pada latar belakang sejarah yang semestinya dan mampu menerangkan mengapa dokumen itu dianggap penting, otentik ataupun tidak otentik.
d. Ungkapan-ungkapan yang memperlihatkan proses-proses mental
Apa yang diinginkan pembaca dan apa yang diperolehnya adalah kesimpulan yang aman, pernyataan yang terjamin, dugaan yang masuk akal, ia berharap proses-proses mental pada diri pengarang tidak muncul. Jika perlu dapat diberikan referensi-referensi didalam catatan untuk memperlihatkan mengapa pernyataan tersebut diungkapkan secara singkat dan dibenarkan.
e. Masalah Autentisitas atau Kritik Ekstern.
Untuk menguji kesejatian suatu dokumen, sejarawan harus menggunakan ujian atau tes yang juga biasa digunakan didalam penyelidikan polisi dan kehakiman. Setelah menerka sebaik-baiknya tanggal pada dokumen, ia menyelidiki materi untuk mengetahui apakah tidak anakronistis. Sejarawan juga meneliti tinta untuk menemukan usianya atau komposisi kimianya yang anakronistis. Setelah menerka sebaik-baiknya siapa pengarang dari dokumen, ia berusaha untuk melakukan identifikasi terhadap tulisan tangan, tanda tangan, materai, jenis huruf atau watermark. Yang jelas merupakan bagian esensial daripada kritik ekstern, adalah penerkaan mengenai tanggal kira-kira pada dokumen dan suatu identifikasi yang menurut dugaan adalah pengarangnya. Setelah menetapkan sebuah teks autentik dan menemukan apa yang sungguh-sungguh hendak dikatakan oleh pengarang, maka sejarawan baru menetapkan apa yang menjadi kesaksian saksi.
f. Masalah Kredibilitas atau Kritik Intern.
Untuk menetapkan bahwa suatu sumber atau kesaksian itu kredibel maka seorang sejarawan harus mengajukan empat pertanyaan pokok, yaitu:
a. Apakah sumber terakhir dari detail itu (saksi primer) mampu untuk menyatakan kebenaran?
b. Apakah saksi primer mau menyatakan kebenaran?
c. Apakah saksi primer dilaporkan secara akurat mengenai detail yang sedang diuji?
d. Apakah ada terdapat pendukungan secara merdeka terhadap detail yang sedang diperiksa?
Kemampuan untuk menyatakan kebenaran paling tidak ditentukan oleh empat variable berikut:
a. Dekatnya saksi pada peristiwa, baik secara geografis maupun kronologis
b. Semua saksi sekalipun sama-sama dekat pada peristiwa, tetapi tidak sama kompeten sebagai saksi. Kompetensi tergantung kepada tingkatan keahlian, keadaan kesehatan mental dan fisik, usia, pendidikan, ingatan, keterampilan bercerita, dan sebagainya.
c. Tingkatan perhatian.
d. Egosentrisme.
- Langkah-langkah di atas menurut saya sangat penting bagi seorang peneliti sejarah karena Pemilihan subjek ini untuk diselidiki . Pengumpulan sumber-sumber informasi yang mungkin diperlukan untuk subjek tersebut dan juga Pegujian sumber-sumber tersebut untuk mengetahui sejati tidaknya. Serta untuk Pemetikan unsur-unsur yang dapat dipercaya daripada sumber-sumber (atau bagian dari sumber-sumber) yang terbukti sejati. Sintesa daripada sumber-sumber yang telah diperoleh secara itu adalah historiografi.

3. Bagaimanakah cara yang paling baik bagi sejarahwan untuk memberi sumbangan kepada usaha mengerti masyaraakat dan hubungannya dengan generalisasi sosiologi ( hal 184)? Berilah contoh-contoh pada kasus di Indonesia!
Jawab :
Sejarawan dalam memberikan sumbangan kepada usaha mengerti masyarakat yakni dengan jalan menemukan kontradiksi-kontradiksi dan perkecualian-perkecualian dalam generalisasi ilmu sosial. Sejarawan tidak hanya pencari data bagi ilmuan sosial, tetapi juga melakukan pengecekan terhadap validitas daripada pengertian atau konsep ilmu sosial bagi masa lampau. Sejarawan jangan sampai ragu-ragu membuat generalisasinya sendiri. Pengarang pada umumnya cenderung untuk dipengaruhi oleh iklim intelektual jamannya. Beberapa sejarawan menganggap apabila ada seorang sejarawan lain yang menyimpulkan generalisasi-generalisasi yang mempunyai validitas universil dan dapat diterapkan di masa depan maupun masa lampau maka ia telah melebihi wewenangnya dan terlalu jauh melewati perbatasan wilayah yang sah dari sejarah.
Contoh-contoh pada kasus di Indonesia : Reformasi pada 1998 berdampak pada kenaikan sembako yang berakibat pada kesejahteraan dan keamanan rakyat.

4. Coba terangkan intisari metode sejarah. Setelah itu buatlah proposal penelitian sejarah!
Jawab :
- Inti Sari Metode Sejarah
Intisari dari metode sejarah adalah pengumpulan objek, menyingkirkan bahan-bahan yang tidak otentik, menyimpulkan kesaksian dan menyusun kesaksian dalam bentuk historiografi. Disini juga ditegaskan mengenai sifat universal dari metode sejarah dan sejarah berhubungan dengan humaniora maupun ilmu-ilmu social lainnya. Kemudian penulis menawarkan tiga cara untuk mempelajari pencapaian manusia dalam konteks sejarah dengan membari ilustrasi contoh mengenai Shakespeare yaitu metode kritis analisis, histories subtantif dan sosial budaya.
Pada dasarnya inti sari metode sejarah sebagai berikut :
• Setelah menemukan dokumen, sejarawan harus menetapkan dual
• Apakah dokumen itu otentik,
• Bagian mana ynag otentik, hanya sebagian diantaranya atau banyak beberapa bagian.
• Berapa banyak bagian otentik ynag dapat di percaya.
- Proposal Penelitian Sejarah
Judul :
Tata Cara dan Arti Simbolik Upacara Pernikahan Adat Jawa
Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara kodrati, manusia diciptakan berpasang-pasangan (Q.S. Ar-Ruum : 21) dengan harapkan mampu hidup berdampingan penuh rasa cinta dan kasih sayang. Dari sini tampak bahwa sampai kapan pun, manusia tidak mampu hidup seorang diri, tanpa bantuan dan kehadiran orang lain. Salah satu cara yang dipakai untuk melambangkan bersatunya dua insan yang berlainan jenis dan sah menurut agama dan hukum adalah pernikahan. Pernikahan adalah suatu rangkaian upacara yang dilakukan sepasang kekasih untuk menghalalkan semua perbuatan yang berhubungan dengan kehidupan suami-istri guna membentuk suatu keluarga dan meneruskan garis keturunan. Guna melakukan prosesi pernikahan, orang Jawa selalu mencari hari baik, maka perlu dimintakan pertimbangan dari ahli penghitungan hari baik berdasarkan patokan Primbon Jawa. Setelah ditemukan hari baik, maka sebulan sebelum akad nikah, secara fisik calon pengantin perempuan disiapkan untuk menjalani hidup pernikahan, dengan cara diurut perutnya dan diberi jamu oleh ahlinya. Hal ini dikenal dengan istilah diulik, yaitu pengurutan perut untuk menempatkan rahim dalam posisi yang tepat agar dalam persetubuhan pertama memperoleh keturunan, dan minum jamu Jawa agar tubuh ideal dan singset. Sebelum pernikahan dilakukan, ada beberapa prosesi yang harus dilakukan, baik oleh pihak laki-laki maupun perempuan. Masing-masing daerah mempunyai tata upacara pernikahannya sendiri-sendiri. Dalam bahasan ini, penulis akan mencoba mendeskripsikan tata upacara pernikahan adat Jawa.
B. Batasan Masalah
Batasan masalah bertujuan untuk membatasi kajian masalah yang akan diteliti agar pembahasan tidak terlalu luas serta terfokus pada tema yang diteliti. Penelitian ini difokuskan pada proses menuju pernikahan yang di tandai melalui beberapa kegiatan dan ciri-cirinya serta arti sematik dalam masing-masing kegiatan yang dilakukan menjelang pernikahan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana tata cara pernikahan adat Jawa?
2. Apa arti simbolik pada setiap kegiatan upacara pernikahan adat Jawa?
3. Apa saja yang diperlukan dalam melakukan serangkaian upacara pernikahan adat jawa?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan tatacara pernikahan adat Jawa
2. Mendiskripsikan arti simbolik pada setiap kegiatan upacara pernikahan adat Jawa.
3. Merumuskan bahan yang diperlukan dalam melakukan serangkaian upacara pernikahan adat jawa.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini merupakan sarana dalam pengembangan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dan menambah wawasan serta pengetahuan penulis tentang upacara pernikahan adat jawa dan arti simboliknya pada setiap kegiatan yang dilakukan. Dengan demikian manfaat dan kajian yang terdapat didalamnya diharapkan dapat menjadi suatu masukan informasi sesuai dengan topik yang diambil dimasa mendatang.
F. Metode Penelitian
Metode sejarah merupakan sarana bagi para sejarawan untuk melaksanakan penelitian dan penulisan sejarah. Sejarahwan mempunyai tugas meneliti dan menyusun sejarah.
Proses penelitian ini terdiri dari empat tahap yaitu heuristik yang merupakan proses mencari dan menemukan sumber-sumber yang diperlukan. Tahap kedua yaitu kritik merupakan suatu tahap untuk melakukan pengujian terhadap sumber-sumber yang digunakan sebagai langkah penyelidikan. Pada tahap ini peneliti melakukan pengujian terhadap keabsahan sumber, baik sumber primer, sekunder ataupun tersier denan cara menyelesi, menilai, dan memilah-milah untuk mendapatkan sumber yang relevan dengan tema yang diteliti. Selanjutnya peneliti membandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya untuk mencari persamaan dan kesinambungan fakta, sehingga sumber-sumber yang diperoleh saling melengkapi.
Tahap ketiga yaitu interpretasi merupakan proses pengolahan data yang diperoleh penulis dalam melkukan seleksi terhadap data dengan mencari hubungan antara fakta yang ditemukan. Interpretasi dapat diperoleh dengan cara melakukan perbandingan dari fakta yang terkumpul untuk menetapkan serta memperoleh makna dari inti kajian yang akan dibahas.
Tahap keempat yaitu historiografi merupakan tahap akhir dari proses penyusunan penulisan skripsi. Historiografi merupakan suatu tahap untuk menyampaikan sintesa yang diperoleh serta telah melalui proses penyusunan menurut urutan secara kronologi kemudian disampaikan serta disajikan dalam bentuk tulisan dengan ketentuan penulisan dapat dipertanggung jawabkan secara konseptual eoritis dan metodologis menurut ilmu sejarah. Historiografi bertujuan untuk menciptakan kembali totalitas peristiwa masa lampau yang sesungguhnya terjadi. Melalui tahapan ini penulis berharap dapat menyajikan suatu tulisan sejarah yang baik dan ilmiah, sehingga penulis akan menggunakan metode penulisan sejarah analitis.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Tata Cara dan Arti Simbolik Upacara Pernikahan Adat Jawa secara pokok sebagai berikut:
Bab 1 yaitu pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian dan Sistematika Penelitian.
Bab II Membahas tentang tata cara pernikahan adat Jawa yang terdiri dari prosesi-prosesi dan tata cara dalam pelaksanaan pernikahan di daerah Jawa.
Bab III membahas tentang arti simbolik pada setiap kegiatan upacara pernikahan adat Jawa yang terdiri dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada waktu menjelang pernikahan.
Bab IV membahas tentang keperluan dalam melakukan serangkaian upacara pernikahan adat jawa yaitu terdiri dari bahan-bahan, alat-alat dan kegunaan masing-masingnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar