SITUS SAMPUNG
Situs Gua Sampung atau yang biasa disebut Gua Lawa terletak di Kabupaten Ponorogo. Situs Gua Sampung ditemukan ada saat orang Belanda mempimpain pertanian dan mencari pupuk tanaman di gua tersebut dan selanjutnya menemukan tulang-tulang manusia puraa di gua tersebut.
Manusia pendukung :
Situs sampung merupakan salah satu peninggalan prasejarah dari zaman Mesolithikum atau batu madya. Manusia pendukung pada zaman ini adalah Papua Melanesoid , australoid. Ciri-ciri manusia purba jenis ini adalah :
• Mirip orang flores
• Berkulit hitam
• Rambut hitam
• Rahang dan mandi bula lebar
• Hidung lebar
Gambar tulang yang ditemukan di gua Sampung
Fosil yang ditemukan tidak dalam keadaan utuh tetapi berupa fragmen bentuk tengkorak , bentuknya seperti kera , pecahan rusuk. Jenis manusia purba yang ditemukan di gua sampung hidup didalam gua dan sudah menetap dan mempertahankan hidup dengan berburu , bukti kalau manusia purba yang ditemukan di Sampung hidupnya menetap yaitu ditemukannya kjokkenmoddinger atau sampah dapur setinggi ± 7 m yang sudah membatu/ sudah memfosil.
Lingkungan :
Keadaan lingkungan wilayah situs Sampung pada masa Mesolhitikum yakni :
• Kegiatan gunung api , pengangkatan dan lipatan terus berlanjut.
• Banyak Abris Souce Roche ( goa-goa yang dijadikan tempat tinggal manusia purba zaman Mesolhitikum dan berfungsi sebagai temat perlindungan dari cuaca dan binatang buas ).
• Terjadi pengendapan sungai dan letusan gunung berapi membentuk endapan aluvial.
• Zaman glasial berakhir menyebabkan berakhirnya musim dingin dan iklim menjadi panas.
Lingkungan C
Keadaan lingkungan pada waktu observasi :
• Ada sisa Abris Souce Roche
• Ditemukan Kjokkenmoddinger atau sampah dapur yang membentuk bulit kerang
• Ditemukan beberapa bekas lapisan tanah yakni :
1. Lempung hitam
2. Bekas abu gunung
3. Bekas pasir halus/bekas danau
4. Bekas sungai ( sungai areng )
Fauna Sampung :
• Ungulata ( hewan berkuku ) :
- Bibos Banteng
- Elephas Maximus
- Rhinoceros Sondaicus
- Bubalis
- Cervus Eldi
- Cervus Hippelaphus
- Muntiacus Muntjac
- Sus Vittatus
- Elephas Namadicus
- Tragulus Kanchil
- Primates ( monyet , kera , dan manusia )
- Macaca Fasciartaris
- pithecus Phyrrhus
- nycticebus Coucang
• Carnivora ( hewan pemakan daging ) :
- Felis Bengalensis
- Neofelis Nebulosa
- Paradoxurus Hermaphrodites
- Cuon Javanicus
- Lutra Cinerea
- Varanus Salvator
Kebudayaan :
Situs Sampung terkenal dengan sebutan Sampung Bone Culture yang berarti hasil kebudayaan berupa tulang yang berasal dari Sampung. Bagian dari Sampung Bone Culture adalah Abris Souche Roche , alat-alat yang ditemukan di gua-gua yang biasa disebut Abris Souche Roche adalah :
• Ujung mata panah
• Flakes atau alat serpih
• Batu penggilingan ( pipisan )
• Kapak
• Alat-alat dari tulang dan tanduk rusa
Lapisan tanah yang ada di gua Sampung
• Ciri gua Sampung atau gua lawa :
1. Berasal dari pengangkatan pegunungan kendeng
2. Bekas erosi
3. Buktinya ada beberapa lapisan yaitu : bekas abu gunung , bekas pasir halus atau danau , bekas sungai ( sungai areng )
• Stratigrafi : Setiap lapisan memiliki lapisan budaya
• Tembok gua berasal dari kapur
Gambar gua Sampung atau lawa yang menunjukkan gua berasal dari kapur
WATU KANDANG
Situs Watu Kandang merupakan peninggalan pra sejarah yang berasal dari zaman Megalhitikum atau muncul pada masa bercocok tanam dan terus berlanjut sampai masa perundagian. Yang terletak di dukuh ngasih lor, desa bangun , kecamatan matesih , kabupaten karang anyar letak astronomi 111º14’46 BT dan 17º39’7 LS dengan ketinggian ± 500 M diatas permukaan laut dan arah hadap ke timur ( semula diduga mengarah ke gunung bangun dan ganoman namun gunadi menyimpulkan mengarah ke arah munculnya matahari. Manusia pendukung pada zaman ini adalah manusia ras Australoid Mongoloid dan ciri-ciri manusia, yaitu :
• Mirip orang flores
• Berkulit hitam
• Rambut hitam
• Rahang dan mandi bula lebar
• Hidung lebar
Lingkungan :
Keadaan lingkungan pada zaman Megalhitikum, yaitu :
• Tanah sudah subur sehingga bisa dibuat untuk bercocok tanam.
• Alam sudah mulai stabil sehingga manusianya sudah tinggal menetap dan hidup secara berdampingan
• Aktivitas vulkanik sudah berkurang
• Lingkungan berupa perkampungan warga purba
Keadaan lingkungan waktu observasi :
Kompleks watu kandang ngasinan lor terletak pada tanah persawahan yang airrnya mengalir sepanjang tahun. Daerah ini termasuk daerah subur dan kesuburannya tersebut mungkin disebabkan oleh soil yang terbentuk dari hasil erupsi gunung lawu. Selain itu air dari gunung-gunung di sekitarnya yang mengalir sepanjang tahun menambah kesuburan daerah itu, air tersebut mengalir melalui kali samin yang terletak di sebelah utara ngasinan lor. Daerah ini juga termasuk daerah yang cukup sejuk karena di apit oleh gunung ganoman ( Malang ) disebelah timur dan gunung lawu di sebelah timur laut.
Gambar ini menunjukkan daerah di situs watu kandang merupakan daerah yang subur karena digunakan sebagai lahan pertanian
Kebudayaan :
Kebudayaan Megalhitikim yang ditemukan di Watu Kandang antara lain :
• Watu kandang : susunan batu besar bebentuk persegi dan membulat
Watu kandang yang ditemukan di Matesih berbentuk empat persegi panjang dan ukuran setiap watu kandang berbeda serta jumlah dari setiap watu kandang yang terbentuk selalu genap. Watu kandang digunakan sebagai pemujaan untuk kesuburan dan sebagai kuburan.
Gambar watu kandang yang menunjukkan bentuk empat persegi panjang sehingga berbentuk seperti kandang
• Menhir : tugu batu sebagai tanda peringatan nenek moyang
• Dolmen : berbentuk meja di sanggah kaki tempat meletakkan sesaji
• Lumpang batu : batu berlubang seperti tempat menumbuk padi
• Watu dakor : batu berlubang seperti alat untuk main dakon lambang kesuburan
• Kursi batu : berbentuk kursi tempat pertemuan nenek moyang
• Meja batu : untuk meletakkan sesaji berbentuk meja
• Gerabah : alat dari tanah liat terdiri dari mangkuk dan periuk
• Manik-manik : berbentuk bola heksagonal , tetragonal , berbahan batu kornelion
SANGIRAN
Situs Sangiran merupakan peninggalan prasejarah yang berasal dari zaman Kenozoikum bagian kwarter yakni plestosen bawah, sekitar 1,8 juta tahun yang lalu. Manusia pendukung dari Sangiran yang berasal dari zaman ini ada banyak, yakni Meganthropus Paleojavanikus , Pithecantropus Erectus.
Ciri-ciri manusia purba Meganthropus Paleojavanicus adalah :
• Berbadan tegap dengan tonjolan tajam di belakang kepala
• Bertulang pipi tebal dengan tonjolan kening mencolok
• Tidak berdagu
• Otot kunyah , gigi , dan rahang besar dan kuat
• Makanan jenis tumbuh-tumbuhan
• Meganthropus Paleojavanicus ditemukan oleh Ralph Von Koeniqwald , fragmen yang ditemukan berupa :
Rahang bawah
Rahang atas
Gigi lepas
Meganthropus Paleojavanicus
Ciri-ciri manusia purba jenis Pithecanthropus Erectus :
• Tonjolan kening tebal dan melintang sepanjang pelipis
• Tidak berdagu
• Hidung lebar
• Makanan jenis tumbuh-tumbuhan dan daging hewan buruan
• Tinggi tubuh kira-kira 165-180 cm
• Pithecanthropus Erectus ditemukan oleh Ralph Von Koeniqwald dan Oppenort. Fragmen yang ditemukan berupa :
Tengkorak
Tulang kering
Rekontruksi aktivitas perburuan pada masa prasejarah
Lingkungan :
Sangiran merupakan sebuah kubah yang terbentuk oleh adanya proses deformasi, baik secara lateral maupun vertikal. Proses erosi pada puncak kubah telah menyebabkan terjadinya reveerse, kenampakan terbalik, sehingga daerah tersebut menjadi daerah depresi. Bagian tengah kubah sangiran ditoreh oleh kali Cemoro sebagai sungai enteseden, sehingga menyebabkan formasi batuan tersingkap dan menunjukkan bentuk melingkar.Pada kala pliosen daerah ini menjadi laut dangkal kemudian terjadi gunung berapi akibatnya terjadi formasi Kalibeng, adanya regresi lebih lanjut pada daerah ini menyebabkan Sangiran menjadi daratan. Pada permulaan kla Plestosen bawah kegiatan Vulkanis semakin meningkat, sehingga terjadi aliran lahar dingin dan membentuk breksi vulkanik . Fosil Meganthropus mungkin muncul pada saat kegiatan vulkanis meleleh. Pada kala plestosen tengah sangiran menjadi daratan lagi, disusul dengan kegiatan vulkanis yang makin menghebat sehingga menimbulkan endapan tufa yang berlapis-lapis, proses pengangkatan tanah pada daerah ini terjadi pada kala plestosen atas dan awal kala Holosen. Adanya pelapukan dan erosi pada puncak kubah , serta pengendapan material kali Cemoro, menyebabkan kenampakan sangiran menjadi seperti sekarang ini. Manusia yang hidup pada saat itu misalnya Meganthropus paleojavanicus, Pithecanthropus erectus, dan phitecanthropus soloensis.
Secara umum situs sangiran saat ini merupakan daerah berlahan tandus, terlihat dari banyaknya tempat yang gundul tak berpohon. Hal ini disebabkan karena kurangnya akumulasi sisa-sisa vegetasi yang mengalami humifikasi membentuk humus. Jenis tanaman yang ada di Situs Sangiran, antara lain lamtoro, angsana, akasia, johar, sengon mahoni. Terdapat sungai-sungai yang terus melakukan deformasi di situs sangiran antara lain adalah Kali Cemoro dan Kali Ngrejeng. Sungai ini memiliki peranan bagi masyarakat sekitar. Bukti-bukti kehidupan ditemukan didalam endapan teras sungai purba. Di daerah tropis ini tidak banyak mengalami perubahan iklim dan memungkinkan manusia purba untuk hidup.
Keadaan lingkungan situs Sangiran
Berdasarkan proses terbentuknya & kandungannya, lapisan tanah situs Sangiran dibedakan menjadi lima lapisan.
1. Formasi Kalibeng
Lapisan tanah terbawah dan memiliki umur paling tua, terbentuk pada kala Pliosen sekitar 2 juta tahun yang lalu. Mendominasi pusat kubah sangiran, formasi kalibeng dicirikan oleh endapan laut dan gamping. Pada lapisan ini tidak ditemukan fosil mamalia tetapi fosil moluska.
2. Formasi Pucangan
Formasi ini berada diatas lapisan atau formasi kalibeng. Formasi ini berupa lempung hitam dan mulai terbentuk sekitar 1,8 juta tahun yang lalu dari endapan lahar Gunung Merapi purba dan Gunung Lawu purba. Formasi Pucangan banyak mengandung fosil manusia purba dan hewan mamalia
3. Grenzbank
Terletak diatas formasi Pucangan. Lapisan ini terdiri atas konglomerat silikaan stadium lanjut, Lapisan ini dipakai sebagai tanda batas antara Formasi pucangan dan Formasi Kabuh. Lapisan ini terdiri dari elemen laut dan kerikil terbentuk akibat erosi pegunungan selatan dan Kendeng, pada Grenzbank banyak ditemukan hewan mamalia, ditemukan pula fosil Homo Erectus.
4. Formasi Kabuh
Berupa endapan sedimen vulkanik berfasies fluviatil(pasir silang-siur). Endapan ini terjadi karena aktivitas Gunung Merapi dan Gunung Lawu purba yang terjadi pada kala plestosen tengah (500-600 ribu tahun yang lalu). Kaya akan temuan fosil manusia purba ditemukan pada formasi ini.
Gambar formasi Kabuh
5. Formasi Notopura
Berada pada lapisan teratas di situs Sangiran. Terbentuk karena akibat dari aktivitas Gunung Berapi pada kala plestosen atas (250.000-70.000 tahun yang lalu). Lapisan ini ditandai oleh endapan lahar, breksi dan pasir juga banyak ditemukan alat serpih dan fosil kerbau dan kijang.
Keadaan lingkungan pada zaman Kenozoikum bagian kwarter, yakni Pleistosen bawah antara lain :
• Lingkungan berupa laut dan rawa
• Banyak terjadi aktivitas vulkanik meninggalkan seuah lapisan yang bernama formasi kabuh
Gambar gas yang tersisa dari aktivitas vulkanik
Gambar di atas menunjukkan adanya aktivitas vulkanik pada jaman prasejarah
• Menjadi hunian manusia purba pada kala pleistosen tengah dengan wujud hutan terbuka , sungai mengalir
• Terjadi pelipatan morologi yang menjadikan Sangiran menjadi sebuah kubah
Keadaan lingkungan pada masa sekarang :
• Daerah terbuka yang tandus dan kering
• Lingkungan sekarang berupa kubah yang disebut dengan kubah Sangiran
• Ada sisa sungai purba yakni sungai cemoro
Fauna Sangiran :
• Primates ( monyet , kera dan manusia )
- Pithecanthropus Soloensis
• Carnivora ( hewan pemakan daging )
- Felis Palaeojavanica
- Felis Tigris
- Feli Pardus
• Perissodactyla ( hewan berjari ganjil )
- Rhinoceros Sondaicus
• Artiodactyla ( hewan berjari genap )
- Hexaprotodon Ngandongensis
- Sus Macrognathus
- Sus Brachygnathus
- Sus Terhaari
- Sus ex. Aff . Vittatus
- Muntiacus Muntjac
- Cervus ( Rusa ) Hippelaphus
- Cervus Javanicus
- Bubalus Palaeokarabau
- Bibos Palaeosondaicus
• Proboscidea(gajah)
Stegodon trigonochepalus
Elephas cf. namadicus
Kebudayaan :
Kebudayaan yang dihasilkan dari Sangiran antara lain :
• Alat-alat serpih yang berfungsi sebagai alat serut , gurdi , penusuk dan pisau.
Sebagian alat-alat serpih Sangiran berbentuk pendek, lebar dan tebal, dengan panjang antara 2-4 Cm. Teknologi yang umumnya digunakan pada alat batu Sangiran adalah teknik clacton, dengan ciri alat serpih tebal. Selain itu untuk mendapatkan bentuk-bentuk alat yang diinginkan lebih khusus, dilakukanlah penyerpihan kedua.
• Disamping alat serpih dan bilah yang kemungkinan digunakan sebagai alat pemotong dan penyerut kayu, ditemukan juga alat-alat yang terbuat dari batu lain, yaitu: bola batu, kapak batu, serut, beliung persegi, kapak perimbas, batu inti, dll. Bahan yang digunakan untuk peralatan tersebut adalah kalsedon, tufa kersikan, kuarsa,dll. Alat-alat pada situs Sangiran merupakan hasil teknologi kala plestosen yang dicirikan dengan pola perburuan binatang dan pengumpulan makanan sebagai mata pencahariannya.
• Kemungkinan juga berdasarkan ukuran alat-alat Sangiranyang relatif kecil;, telah ada kecenderungan untuk memilih hewan buruan yang lebih kecil.
• Alat-alat dari tulang yang termasuk kebudayaan Ngandong, juga ditemukan alat alat lain berupa alat alat kecil terbuat dari batu yang disebut dengan flakes atau alat serpih. Flakes selain terbuat dari batu biasa juga ada yang dibuat dari batu-batu indah berwarna seperti calsedon. Untuk mengetahui bentuk flakes maka amatilah gambar berikut ini.
Gambar Flakes dari Sangiran
• Flakes mempunyai fungsi sebagai alat untuk menguliti hewan buruannya, mengiris daging atau memotong umbi-umbian. Jadi fungsinya seperti pisau pada masa sekarang. Selain ditemukan di Sangiran flakes ditemukan di daerah-daerah lain seperti Pacitan, Gombong, Parigi, Jampang Kulon, Ngandong (Jawa), Lahat (Sumatera), Batturing (Sumbawa), Cabbenge (Sulawesi), Wangka, Soa, Mangeruda (Flores).
TRINIL
Situs trinil merupakan peninggalan prasejarah yang berasal dari zaman Kenozoikum bagian kwarter, yakni pleistosen tengah. Manusia pendukung pada zaman ini adalah Pithecanthropus Erectus, ciri-ciri manusia purba jenis ini adalah :
• Tinggi tubuhnya kira-kira 165-180 cm
• Tonjolan kening tebal dan melintang sepanjang pelipis
• Hidung lebar
• Tidak berdagu
• Makanan bervariasi tumbuhan dan daging hewan buruan
Phitecanthropus Erectus
Fosil yang ditemukan Eugine Dubois pada tahun 1891-1900 berupa fragmen :
• Atap tengkorak
• Tulsng paha kiri
• Fragmen tulang paha kanan
• Batang tulang paha kanan
• Batang tulang paha kiri
Linkungan :
Keadaan lingkungan situs trinil pada zaman Kenozoikum /Pleistosen tengah antar lain :
• Muka bumi sering mengalami perubahan oleh gerakan endogen dan eksogen
Endogen : proses terjadi di dalam bumi serta diterapkan juga pada batuan cebakan biji dan bentuk muka tanah yang disebabkan oleh pengaruh proses-proses tersebut , contoh : gempa bumi
Eksogen : proses terjadi di muka bumi atau dekat muka tanah seperti pelapukan , erosi , denudasi serta diterapkan pada batuan cebakan bijih dan bentuk muka tanah yang disebabkan oleh pengaruh proses-proses tersebut , contoh : tanah longsor
• Hewan dan tumbuhan telah hidup merata di bumi contohnya macan purba ( Felis Tigris ) , Stegodon Trigonocephalus , Bibos Palaeosondaicus
• Unsur lingkungan terbentuk karena adanya pengangkatan dari bawah muka laut
• Banyak kegiatan vulkanik yang telah memuntahkan bermacam macam batuan
Keadaan lingkungan pada waktu observasi
• Pada waktu observasi lingkungan wilayah trinil telah berubah menjadi sebuah musium yang bernama Musium TRINIL.Musium trinil menggambarkan bagaimana keadaan lingkungan dan manusia ada zaman kenozoikium bagian kwarter bagian pleistosen tengah yang digambarkan lengkap didalam musium tersebut.
Fauna Trinil :
• Primates ( monyet , kera dan manusia )
- Pithecanthropus Erectus
- Pithecanthropus Soloensis
- Pongo Pygmaeus
- Symphalangus Syndactylus
- Hylobates cf. Moloc
- Trachypithecus Cristatus
- Macaca Fascicularis
• Proboscidea ( gajah )
- Stegodon trigonocephalus
- Elephas hysudrindicus
- Cryptomasgodon martini
• Ungulata ( hewan berkuku )
- Rhinoceros Sondaicus
- Rhinoceros Kendengindicus
- Tapirus cf. Augustus
- Sus Macrognathus
- Sus Brachygnathus
- Hippopotamus Sivajavanicus
- Cervus ( Axis ) Leydekkeri
- Cervus ( Rusa ) Hippelaphus
- Muntiacus Muntjac Kendengensis
- Tragulus Kachil
- Duboisia Santeng
- Ephileptobtobos Groeneveldtii
- Bibos Palaeosondaicus
- Bunalus Palaeokarabau
• Carnivora ( hewan pemakan daging )
- Felis Palaeojavanica
- Elis Trigis
- Felis Pardus
- Felis Bengalensis
- Paradoxurus Hermaphroditus
- Arctictis Binturong
- Viverricula Malaccensis
- Viverra div. spec .
- Mececyon Trinilensis
- Cuon Sangiranensis
- Ursus Malayanus
- Lutra cf. Cinera
- Lutra cf. Sumatrana
• Insectivora ( Hewam pemakan serangga )
- Echinosorex sp.
• Rodentia ( Hewan pengerat )
- Lepus Nigrocollis
- Lepus Lapis
- Acanthion Brachyrus
- Hystrix sp.
- Rhizomys of. Sumantresis
- Rattus Spp.
- Bubalus sp.
- Antelope ( Dubosia )
Kebudayaan :
Kehidupan budaya manusia prasejarah tampak dalam kemahiran membuat alat mengembangkan kesenian dan membangun kepercayaan
Alat-alat kebudayaan yang ditemukan :
• Alat serpih
Berbentuk sederhana dengan memperlihatkan kerucut pukul yang jelas.Bahan batuan dengan memperlihatkan kerucut pukul yang jelas.Alat-alat serpih yang ditemukan bersama-sama perkakas masif.Alat-alat serpih dan bilah berukuran kecil dan besar (antara 4-10 cm) dan rata-rata menunjukkan kerucut pukul yang jelas.
• Kapak
Merupakan perkakas-perkakas batu yang ditemukan didaerah yang dulu dihuni oleh manusia purba jenis Pithecantropus Erectus.Secara garis esar kapak dibedakan menjadi 3 yakni:Kapak perimbas,kapak penetak,kapak genggam
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman judul………………………………………………………………………… i
Daftar Isi……………………………………………………………………………… ii
Isi
A. Sampung …..……………………………………………………...
A.1 Manusia pendukung…………………………………………..1
A.2 Lingkungan…………………………………………………...2
A.3 Observasi lingkungan…………………………………………2
A.4 Fauna………………………………………………………….2
A.5 Kebudayaan………………………..……………………….....3
B. Watu Kandang…………………………………………………….
B.1 Manusia Pendukung…………………………………………..5
B.2 Lingkungan……………………………………………....…....5
B.3 Observasi lingkungan………………………………………….5
B.4 Fauna…………………………………………………………..
B.5 Kebudayaan……………………………………………………6
C. Sangiran………………………………………………………….
C.1 Manusia pendukung……………………………………………8
C.2 Lingkungan………………………………………...…………..9
C.3 Observasi lingkungan…………………………………..…….13
C.4 Fauna…………………………………………………………13
C.5 Kebudayaan…………………………………………………..14
D. Trinil………………………………………………………………..
D.1 Manusia pendukung…………………………………………..16
D.2 Lingkungan……………………………………………………17
D.3 Observasi Lingkungan………………………………………...17
D.4 Fauna………………………………………………………….17
D.5 Kebudayaan…………………………………………………...20
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar