Selasa, 05 Oktober 2010

Situs-situs Sejarah

SITUS SAMPUNG

Situs Gua Sampung atau yang biasa disebut Gua Lawa terletak di Kabupaten Ponorogo. Situs Gua Sampung ditemukan ada saat orang Belanda mempimpain pertanian dan mencari pupuk tanaman di gua tersebut dan selanjutnya menemukan tulang-tulang manusia puraa di gua tersebut.
Manusia pendukung :
Situs sampung merupakan salah satu peninggalan prasejarah dari zaman Mesolithikum atau batu madya. Manusia pendukung pada zaman ini adalah Papua Melanesoid , australoid. Ciri-ciri manusia purba jenis ini adalah :
• Mirip orang flores
• Berkulit hitam
• Rambut hitam
• Rahang dan mandi bula lebar
• Hidung lebar

Gambar tulang yang ditemukan di gua Sampung
Fosil yang ditemukan tidak dalam keadaan utuh tetapi berupa fragmen bentuk tengkorak , bentuknya seperti kera , pecahan rusuk. Jenis manusia purba yang ditemukan di gua sampung hidup didalam gua dan sudah menetap dan mempertahankan hidup dengan berburu , bukti kalau manusia purba yang ditemukan di Sampung hidupnya menetap yaitu ditemukannya kjokkenmoddinger atau sampah dapur setinggi ± 7 m yang sudah membatu/ sudah memfosil.
Lingkungan :
Keadaan lingkungan wilayah situs Sampung pada masa Mesolhitikum yakni :
• Kegiatan gunung api , pengangkatan dan lipatan terus berlanjut.
• Banyak Abris Souce Roche ( goa-goa yang dijadikan tempat tinggal manusia purba zaman Mesolhitikum dan berfungsi sebagai temat perlindungan dari cuaca dan binatang buas ).
• Terjadi pengendapan sungai dan letusan gunung berapi membentuk endapan aluvial.
• Zaman glasial berakhir menyebabkan berakhirnya musim dingin dan iklim menjadi panas.
Lingkungan C
Keadaan lingkungan pada waktu observasi :
• Ada sisa Abris Souce Roche
• Ditemukan Kjokkenmoddinger atau sampah dapur yang membentuk bulit kerang
• Ditemukan beberapa bekas lapisan tanah yakni :
1. Lempung hitam
2. Bekas abu gunung
3. Bekas pasir halus/bekas danau
4. Bekas sungai ( sungai areng )

Fauna Sampung :
• Ungulata ( hewan berkuku ) :
- Bibos Banteng
- Elephas Maximus
- Rhinoceros Sondaicus
- Bubalis
- Cervus Eldi
- Cervus Hippelaphus
- Muntiacus Muntjac
- Sus Vittatus
- Elephas Namadicus
- Tragulus Kanchil
- Primates ( monyet , kera , dan manusia )
- Macaca Fasciartaris
- pithecus Phyrrhus
- nycticebus Coucang

• Carnivora ( hewan pemakan daging ) :
- Felis Bengalensis
- Neofelis Nebulosa
- Paradoxurus Hermaphrodites
- Cuon Javanicus
- Lutra Cinerea
- Varanus Salvator

Kebudayaan :
Situs Sampung terkenal dengan sebutan Sampung Bone Culture yang berarti hasil kebudayaan berupa tulang yang berasal dari Sampung. Bagian dari Sampung Bone Culture adalah Abris Souche Roche , alat-alat yang ditemukan di gua-gua yang biasa disebut Abris Souche Roche adalah :
• Ujung mata panah
• Flakes atau alat serpih
• Batu penggilingan ( pipisan )
• Kapak
• Alat-alat dari tulang dan tanduk rusa

Lapisan tanah yang ada di gua Sampung

• Ciri gua Sampung atau gua lawa :
1. Berasal dari pengangkatan pegunungan kendeng
2. Bekas erosi
3. Buktinya ada beberapa lapisan yaitu : bekas abu gunung , bekas pasir halus atau danau , bekas sungai ( sungai areng )
• Stratigrafi : Setiap lapisan memiliki lapisan budaya
• Tembok gua berasal dari kapur

Gambar gua Sampung atau lawa yang menunjukkan gua berasal dari kapur





WATU KANDANG

Situs Watu Kandang merupakan peninggalan pra sejarah yang berasal dari zaman Megalhitikum atau muncul pada masa bercocok tanam dan terus berlanjut sampai masa perundagian. Yang terletak di dukuh ngasih lor, desa bangun , kecamatan matesih , kabupaten karang anyar letak astronomi 111º14’46 BT dan 17º39’7 LS dengan ketinggian ± 500 M diatas permukaan laut dan arah hadap ke timur ( semula diduga mengarah ke gunung bangun dan ganoman namun gunadi menyimpulkan mengarah ke arah munculnya matahari. Manusia pendukung pada zaman ini adalah manusia ras Australoid Mongoloid dan ciri-ciri manusia, yaitu :
• Mirip orang flores
• Berkulit hitam
• Rambut hitam
• Rahang dan mandi bula lebar
• Hidung lebar
Lingkungan :
Keadaan lingkungan pada zaman Megalhitikum, yaitu :
• Tanah sudah subur sehingga bisa dibuat untuk bercocok tanam.
• Alam sudah mulai stabil sehingga manusianya sudah tinggal menetap dan hidup secara berdampingan
• Aktivitas vulkanik sudah berkurang
• Lingkungan berupa perkampungan warga purba
Keadaan lingkungan waktu observasi :

Kompleks watu kandang ngasinan lor terletak pada tanah persawahan yang airrnya mengalir sepanjang tahun. Daerah ini termasuk daerah subur dan kesuburannya tersebut mungkin disebabkan oleh soil yang terbentuk dari hasil erupsi gunung lawu. Selain itu air dari gunung-gunung di sekitarnya yang mengalir sepanjang tahun menambah kesuburan daerah itu, air tersebut mengalir melalui kali samin yang terletak di sebelah utara ngasinan lor. Daerah ini juga termasuk daerah yang cukup sejuk karena di apit oleh gunung ganoman ( Malang ) disebelah timur dan gunung lawu di sebelah timur laut.

Gambar ini menunjukkan daerah di situs watu kandang merupakan daerah yang subur karena digunakan sebagai lahan pertanian

Kebudayaan :
Kebudayaan Megalhitikim yang ditemukan di Watu Kandang antara lain :
• Watu kandang : susunan batu besar bebentuk persegi dan membulat
 Watu kandang yang ditemukan di Matesih berbentuk empat persegi panjang dan ukuran setiap watu kandang berbeda serta jumlah dari setiap watu kandang yang terbentuk selalu genap. Watu kandang digunakan sebagai pemujaan untuk kesuburan dan sebagai kuburan.

Gambar watu kandang yang menunjukkan bentuk empat persegi panjang sehingga berbentuk seperti kandang


• Menhir : tugu batu sebagai tanda peringatan nenek moyang
• Dolmen : berbentuk meja di sanggah kaki tempat meletakkan sesaji
• Lumpang batu : batu berlubang seperti tempat menumbuk padi
• Watu dakor : batu berlubang seperti alat untuk main dakon lambang kesuburan
• Kursi batu : berbentuk kursi tempat pertemuan nenek moyang
• Meja batu : untuk meletakkan sesaji berbentuk meja
• Gerabah : alat dari tanah liat terdiri dari mangkuk dan periuk
• Manik-manik : berbentuk bola heksagonal , tetragonal , berbahan batu kornelion











SANGIRAN

Situs Sangiran merupakan peninggalan prasejarah yang berasal dari zaman Kenozoikum bagian kwarter yakni plestosen bawah, sekitar 1,8 juta tahun yang lalu. Manusia pendukung dari Sangiran yang berasal dari zaman ini ada banyak, yakni Meganthropus Paleojavanikus , Pithecantropus Erectus.
Ciri-ciri manusia purba Meganthropus Paleojavanicus adalah :
• Berbadan tegap dengan tonjolan tajam di belakang kepala
• Bertulang pipi tebal dengan tonjolan kening mencolok
• Tidak berdagu
• Otot kunyah , gigi , dan rahang besar dan kuat
• Makanan jenis tumbuh-tumbuhan
• Meganthropus Paleojavanicus ditemukan oleh Ralph Von Koeniqwald , fragmen yang ditemukan berupa :
 Rahang bawah
 Rahang atas
 Gigi lepas

Meganthropus Paleojavanicus
Ciri-ciri manusia purba jenis Pithecanthropus Erectus :
• Tonjolan kening tebal dan melintang sepanjang pelipis
• Tidak berdagu
• Hidung lebar
• Makanan jenis tumbuh-tumbuhan dan daging hewan buruan
• Tinggi tubuh kira-kira 165-180 cm
• Pithecanthropus Erectus ditemukan oleh Ralph Von Koeniqwald dan Oppenort. Fragmen yang ditemukan berupa :
 Tengkorak
 Tulang kering

Rekontruksi aktivitas perburuan pada masa prasejarah



Lingkungan :
Sangiran merupakan sebuah kubah yang terbentuk oleh adanya proses deformasi, baik secara lateral maupun vertikal. Proses erosi pada puncak kubah telah menyebabkan terjadinya reveerse, kenampakan terbalik, sehingga daerah tersebut menjadi daerah depresi. Bagian tengah kubah sangiran ditoreh oleh kali Cemoro sebagai sungai enteseden, sehingga menyebabkan formasi batuan tersingkap dan menunjukkan bentuk melingkar.Pada kala pliosen daerah ini menjadi laut dangkal kemudian terjadi gunung berapi akibatnya terjadi formasi Kalibeng, adanya regresi lebih lanjut pada daerah ini menyebabkan Sangiran menjadi daratan. Pada permulaan kla Plestosen bawah kegiatan Vulkanis semakin meningkat, sehingga terjadi aliran lahar dingin dan membentuk breksi vulkanik . Fosil Meganthropus mungkin muncul pada saat kegiatan vulkanis meleleh. Pada kala plestosen tengah sangiran menjadi daratan lagi, disusul dengan kegiatan vulkanis yang makin menghebat sehingga menimbulkan endapan tufa yang berlapis-lapis, proses pengangkatan tanah pada daerah ini terjadi pada kala plestosen atas dan awal kala Holosen. Adanya pelapukan dan erosi pada puncak kubah , serta pengendapan material kali Cemoro, menyebabkan kenampakan sangiran menjadi seperti sekarang ini. Manusia yang hidup pada saat itu misalnya Meganthropus paleojavanicus, Pithecanthropus erectus, dan phitecanthropus soloensis.
Secara umum situs sangiran saat ini merupakan daerah berlahan tandus, terlihat dari banyaknya tempat yang gundul tak berpohon. Hal ini disebabkan karena kurangnya akumulasi sisa-sisa vegetasi yang mengalami humifikasi membentuk humus. Jenis tanaman yang ada di Situs Sangiran, antara lain lamtoro, angsana, akasia, johar, sengon mahoni. Terdapat sungai-sungai yang terus melakukan deformasi di situs sangiran antara lain adalah Kali Cemoro dan Kali Ngrejeng. Sungai ini memiliki peranan bagi masyarakat sekitar. Bukti-bukti kehidupan ditemukan didalam endapan teras sungai purba. Di daerah tropis ini tidak banyak mengalami perubahan iklim dan memungkinkan manusia purba untuk hidup.

Keadaan lingkungan situs Sangiran

Berdasarkan proses terbentuknya & kandungannya, lapisan tanah situs Sangiran dibedakan menjadi lima lapisan.
1. Formasi Kalibeng
Lapisan tanah terbawah dan memiliki umur paling tua, terbentuk pada kala Pliosen sekitar 2 juta tahun yang lalu. Mendominasi pusat kubah sangiran, formasi kalibeng dicirikan oleh endapan laut dan gamping. Pada lapisan ini tidak ditemukan fosil mamalia tetapi fosil moluska.
2. Formasi Pucangan
Formasi ini berada diatas lapisan atau formasi kalibeng. Formasi ini berupa lempung hitam dan mulai terbentuk sekitar 1,8 juta tahun yang lalu dari endapan lahar Gunung Merapi purba dan Gunung Lawu purba. Formasi Pucangan banyak mengandung fosil manusia purba dan hewan mamalia
3. Grenzbank
Terletak diatas formasi Pucangan. Lapisan ini terdiri atas konglomerat silikaan stadium lanjut, Lapisan ini dipakai sebagai tanda batas antara Formasi pucangan dan Formasi Kabuh. Lapisan ini terdiri dari elemen laut dan kerikil terbentuk akibat erosi pegunungan selatan dan Kendeng, pada Grenzbank banyak ditemukan hewan mamalia, ditemukan pula fosil Homo Erectus.
4. Formasi Kabuh
Berupa endapan sedimen vulkanik berfasies fluviatil(pasir silang-siur). Endapan ini terjadi karena aktivitas Gunung Merapi dan Gunung Lawu purba yang terjadi pada kala plestosen tengah (500-600 ribu tahun yang lalu). Kaya akan temuan fosil manusia purba ditemukan pada formasi ini.

Gambar formasi Kabuh
5. Formasi Notopura
Berada pada lapisan teratas di situs Sangiran. Terbentuk karena akibat dari aktivitas Gunung Berapi pada kala plestosen atas (250.000-70.000 tahun yang lalu). Lapisan ini ditandai oleh endapan lahar, breksi dan pasir juga banyak ditemukan alat serpih dan fosil kerbau dan kijang.



Keadaan lingkungan pada zaman Kenozoikum bagian kwarter, yakni Pleistosen bawah antara lain :
• Lingkungan berupa laut dan rawa
• Banyak terjadi aktivitas vulkanik meninggalkan seuah lapisan yang bernama formasi kabuh

Gambar gas yang tersisa dari aktivitas vulkanik
Gambar di atas menunjukkan adanya aktivitas vulkanik pada jaman prasejarah
• Menjadi hunian manusia purba pada kala pleistosen tengah dengan wujud hutan terbuka , sungai mengalir
• Terjadi pelipatan morologi yang menjadikan Sangiran menjadi sebuah kubah
Keadaan lingkungan pada masa sekarang :
• Daerah terbuka yang tandus dan kering
• Lingkungan sekarang berupa kubah yang disebut dengan kubah Sangiran
• Ada sisa sungai purba yakni sungai cemoro
Fauna Sangiran :
• Primates ( monyet , kera dan manusia )
- Pithecanthropus Soloensis
• Carnivora ( hewan pemakan daging )
- Felis Palaeojavanica
- Felis Tigris
- Feli Pardus
• Perissodactyla ( hewan berjari ganjil )
- Rhinoceros Sondaicus
• Artiodactyla ( hewan berjari genap )
- Hexaprotodon Ngandongensis
- Sus Macrognathus
- Sus Brachygnathus
- Sus Terhaari
- Sus ex. Aff . Vittatus
- Muntiacus Muntjac
- Cervus ( Rusa ) Hippelaphus
- Cervus Javanicus
- Bubalus Palaeokarabau
- Bibos Palaeosondaicus
• Proboscidea(gajah)
Stegodon trigonochepalus
Elephas cf. namadicus


Kebudayaan :
Kebudayaan yang dihasilkan dari Sangiran antara lain :
• Alat-alat serpih yang berfungsi sebagai alat serut , gurdi , penusuk dan pisau.
Sebagian alat-alat serpih Sangiran berbentuk pendek, lebar dan tebal, dengan panjang antara 2-4 Cm. Teknologi yang umumnya digunakan pada alat batu Sangiran adalah teknik clacton, dengan ciri alat serpih tebal. Selain itu untuk mendapatkan bentuk-bentuk alat yang diinginkan lebih khusus, dilakukanlah penyerpihan kedua.
• Disamping alat serpih dan bilah yang kemungkinan digunakan sebagai alat pemotong dan penyerut kayu, ditemukan juga alat-alat yang terbuat dari batu lain, yaitu: bola batu, kapak batu, serut, beliung persegi, kapak perimbas, batu inti, dll. Bahan yang digunakan untuk peralatan tersebut adalah kalsedon, tufa kersikan, kuarsa,dll. Alat-alat pada situs Sangiran merupakan hasil teknologi kala plestosen yang dicirikan dengan pola perburuan binatang dan pengumpulan makanan sebagai mata pencahariannya.
• Kemungkinan juga berdasarkan ukuran alat-alat Sangiranyang relatif kecil;, telah ada kecenderungan untuk memilih hewan buruan yang lebih kecil.
• Alat-alat dari tulang yang termasuk kebudayaan Ngandong, juga ditemukan alat alat lain berupa alat alat kecil terbuat dari batu yang disebut dengan flakes atau alat serpih. Flakes selain terbuat dari batu biasa juga ada yang dibuat dari batu-batu indah berwarna seperti calsedon. Untuk mengetahui bentuk flakes maka amatilah gambar berikut ini.

Gambar Flakes dari Sangiran
• Flakes mempunyai fungsi sebagai alat untuk menguliti hewan buruannya, mengiris daging atau memotong umbi-umbian. Jadi fungsinya seperti pisau pada masa sekarang. Selain ditemukan di Sangiran flakes ditemukan di daerah-daerah lain seperti Pacitan, Gombong, Parigi, Jampang Kulon, Ngandong (Jawa), Lahat (Sumatera), Batturing (Sumbawa), Cabbenge (Sulawesi), Wangka, Soa, Mangeruda (Flores).


















TRINIL

Situs trinil merupakan peninggalan prasejarah yang berasal dari zaman Kenozoikum bagian kwarter, yakni pleistosen tengah. Manusia pendukung pada zaman ini adalah Pithecanthropus Erectus, ciri-ciri manusia purba jenis ini adalah :
• Tinggi tubuhnya kira-kira 165-180 cm
• Tonjolan kening tebal dan melintang sepanjang pelipis
• Hidung lebar
• Tidak berdagu
• Makanan bervariasi tumbuhan dan daging hewan buruan

Phitecanthropus Erectus
Fosil yang ditemukan Eugine Dubois pada tahun 1891-1900 berupa fragmen :
• Atap tengkorak
• Tulsng paha kiri
• Fragmen tulang paha kanan
• Batang tulang paha kanan
• Batang tulang paha kiri

Linkungan :
Keadaan lingkungan situs trinil pada zaman Kenozoikum /Pleistosen tengah antar lain :
• Muka bumi sering mengalami perubahan oleh gerakan endogen dan eksogen
 Endogen : proses terjadi di dalam bumi serta diterapkan juga pada batuan cebakan biji dan bentuk muka tanah yang disebabkan oleh pengaruh proses-proses tersebut , contoh : gempa bumi
 Eksogen : proses terjadi di muka bumi atau dekat muka tanah seperti pelapukan , erosi , denudasi serta diterapkan pada batuan cebakan bijih dan bentuk muka tanah yang disebabkan oleh pengaruh proses-proses tersebut , contoh : tanah longsor
• Hewan dan tumbuhan telah hidup merata di bumi contohnya macan purba ( Felis Tigris ) , Stegodon Trigonocephalus , Bibos Palaeosondaicus
• Unsur lingkungan terbentuk karena adanya pengangkatan dari bawah muka laut
• Banyak kegiatan vulkanik yang telah memuntahkan bermacam macam batuan
Keadaan lingkungan pada waktu observasi
• Pada waktu observasi lingkungan wilayah trinil telah berubah menjadi sebuah musium yang bernama Musium TRINIL.Musium trinil menggambarkan bagaimana keadaan lingkungan dan manusia ada zaman kenozoikium bagian kwarter bagian pleistosen tengah yang digambarkan lengkap didalam musium tersebut.

Fauna Trinil :
• Primates ( monyet , kera dan manusia )
- Pithecanthropus Erectus
- Pithecanthropus Soloensis
- Pongo Pygmaeus
- Symphalangus Syndactylus
- Hylobates cf. Moloc
- Trachypithecus Cristatus
- Macaca Fascicularis
• Proboscidea ( gajah )
- Stegodon trigonocephalus
- Elephas hysudrindicus
- Cryptomasgodon martini
• Ungulata ( hewan berkuku )
- Rhinoceros Sondaicus
- Rhinoceros Kendengindicus
- Tapirus cf. Augustus
- Sus Macrognathus
- Sus Brachygnathus
- Hippopotamus Sivajavanicus
- Cervus ( Axis ) Leydekkeri
- Cervus ( Rusa ) Hippelaphus
- Muntiacus Muntjac Kendengensis
- Tragulus Kachil
- Duboisia Santeng
- Ephileptobtobos Groeneveldtii
- Bibos Palaeosondaicus
- Bunalus Palaeokarabau
• Carnivora ( hewan pemakan daging )
- Felis Palaeojavanica
- Elis Trigis
- Felis Pardus
- Felis Bengalensis
- Paradoxurus Hermaphroditus
- Arctictis Binturong
- Viverricula Malaccensis
- Viverra div. spec .
- Mececyon Trinilensis
- Cuon Sangiranensis
- Ursus Malayanus
- Lutra cf. Cinera
- Lutra cf. Sumatrana
• Insectivora ( Hewam pemakan serangga )
- Echinosorex sp.
• Rodentia ( Hewan pengerat )
- Lepus Nigrocollis
- Lepus Lapis
- Acanthion Brachyrus
- Hystrix sp.
- Rhizomys of. Sumantresis
- Rattus Spp.
- Bubalus sp.
- Antelope ( Dubosia )

Kebudayaan :
Kehidupan budaya manusia prasejarah tampak dalam kemahiran membuat alat mengembangkan kesenian dan membangun kepercayaan
Alat-alat kebudayaan yang ditemukan :
• Alat serpih
Berbentuk sederhana dengan memperlihatkan kerucut pukul yang jelas.Bahan batuan dengan memperlihatkan kerucut pukul yang jelas.Alat-alat serpih yang ditemukan bersama-sama perkakas masif.Alat-alat serpih dan bilah berukuran kecil dan besar (antara 4-10 cm) dan rata-rata menunjukkan kerucut pukul yang jelas.
• Kapak
Merupakan perkakas-perkakas batu yang ditemukan didaerah yang dulu dihuni oleh manusia purba jenis Pithecantropus Erectus.Secara garis esar kapak dibedakan menjadi 3 yakni:Kapak perimbas,kapak penetak,kapak genggam
DAFTAR ISI



Halaman
Halaman judul………………………………………………………………………… i
Daftar Isi……………………………………………………………………………… ii
Isi
A. Sampung …..……………………………………………………...
A.1 Manusia pendukung…………………………………………..1
A.2 Lingkungan…………………………………………………...2
A.3 Observasi lingkungan…………………………………………2
A.4 Fauna………………………………………………………….2
A.5 Kebudayaan………………………..……………………….....3
B. Watu Kandang…………………………………………………….
B.1 Manusia Pendukung…………………………………………..5
B.2 Lingkungan……………………………………………....…....5
B.3 Observasi lingkungan………………………………………….5
B.4 Fauna…………………………………………………………..
B.5 Kebudayaan……………………………………………………6
C. Sangiran………………………………………………………….
C.1 Manusia pendukung……………………………………………8
C.2 Lingkungan………………………………………...…………..9
C.3 Observasi lingkungan…………………………………..…….13
C.4 Fauna…………………………………………………………13
C.5 Kebudayaan…………………………………………………..14
D. Trinil………………………………………………………………..
D.1 Manusia pendukung…………………………………………..16
D.2 Lingkungan……………………………………………………17
D.3 Observasi Lingkungan………………………………………...17
D.4 Fauna………………………………………………………….17
D.5 Kebudayaan…………………………………………………...20

Desa tingkis tercinta

DESA TINGKIS
Desa Tingkis terletak di Kecamatan Singgahan Kabupaten Tuban Propinsi Jawa Timur. Jarak Desa Tingkis dengan Kota Kabupaten Tuban kurang lebih 40 km, dengan arah Barat Daya dari Kota Kabupaten. Karena persediaan air yang cukup maka potensi pertaniannya cukup menjanjikan, selain itu keadaan udara juga masih segar dan sejuk.

A. DEMOGRAFI
Data dasar profil Desa/Kelurahan diperoleh dari sumbernya sebagai hasil pencatatan (registrasi) di tingkat Dusun, Lingkungan, RW, RT. Di samping itu, data dasar profil Desa /Kelurahan juga bersumber dari keadaan/fakta karakter Desa/Kelurahan yang diperoleh dari hasil perhitungan dan pengukurana/kelurahan yang diperolehdar yang dilakukan baik oleh aparat pemerintah Desa/Kelurahan sendiri, maupunyang dilakukan oleh pihak instansi tingkat atasan Desa/Kelurahan dan pihak lain yang kegiatannya diselenggarakan di wilayah Desa/ Kelurahan bersangkutan.


 Keadaan Umum Wilayah Desa/kelurahan
a) Batas Wilayah Desa

Letak batas
Desa/Kelurahan
Sebelah Utara Desa Mulyoagung
Sebelah Selatan Desa Mulyorejo
Sebelah Barat Desa Mulyoagung
Sebelah Timur Desa Nguluhan
Sumber data : Desa/ Kelurahan





b) Luas Wilayah Desa/kelurahan Menurut Penggunaanya

No Penggunaan Luas (ha)
1. Pemukiman
 Pemukiman Pejabat Pemerintah -
 Pemukiman ABRI -
 Pemukiman Real estate -
 Pemukiman KPR-BTN -
 Pemukiman Umum 72,12


2. Untuk bangunan
 Perkantoran 0,5
 Sekolah 0,6
 Pertokoan/perdagangan -
 Pasar -
 Terminal -
 Tempat Peribadatan (masjid) 0.12
 Kuburan/makam 4
 Jalan 3.5 km
 Lain-lain -


3. Pertanian Sawah
 Sawah Pengairan Teknis (irigasi) 103
 Sawah Tadah Hujan 46
 Sawah Pasang Surut -
Jumlah Luas Sawah 149


4. Ladang/Tegalan 60,07


5. Perkebunan -


6. Padang Rumput/Stepa 88.89


7. Hutan Buatan 112


8. Perikanan Darat/air Tawar
 Tambak 0.2
 Kolam -

Jumlah Luas Seluruhnya
491
Sumber : Desa/ Kelurahan
c) Orbitasi, Waktu Tempuh, dan Letak Desa/Kelurahan

No Orbitasi dan Jarak Tempuh
Keterangan
1. Jarak ke Ibukota Kecamatan 2 km
2. Jarak ke Ibukota Kabupaten/Kotamadya 40 km
3. Jarak ke Ibukota Propinsi 135 km
4. Waktu Tempuh ke Ibukota Kecamatan 0,25 jam
5. Waktu Tempuh ke Ibukota Kabupaten/Kotamadya 1 jam
6. Waktu Tempuh ke Pusat Fasilitas Terdekat (ekonomi,kesehatan, pemerintahan) 0,25 jam
Sumber : Kecamatan, Desa/ Kelurahan
Catatan : Diukur dengan mempergunakan alat transport yang digunakan masyarakat umum di Desa/Kelurahan bersangkutan.
d) Ketersediaan Alat Angkutan Umum
No Keterangan Ada/Tidak ada
1. Setiap Saat (menit),Tiap Jam Tidak Ada
2. Setiap Hari Ada
3. Setiap Minggu Ada
Sumber : Kecamatan, Desa/ Kelurahan

e) Topografi Atau Bentang Lahan
No Bentang Lahan Luas (ha)
1. Dataran 150
2. Perbukitan / Pegunungan 341
Jumlah 491
Sumber : Desa/ Kelurahan
f) Kondisi Geografis
No Kondisi Geografis Keterangan
1. Tinggi Tempat Dari Permukaan laut -
2. Curah Hujan Rata-rata per Tahun -
3. Keadaan Suhu Rata-rata 26 0 C
Sumber : Kecamatan
g) Kesuburan Tanah
No Tingkat Kesuburan
Luas (ha)
1. Sangat Subur -
2. Subur 153
3. Sedang 208
4. Tidak Subur/ Kritis 130
Jumlah
491
Sumber : Pertanian, Perkebunan, PPL




 Kependudukan
1. a) Jumlah Penduduk Seluruhnya : 3121 Jiwa
b) Jumlah Kepala Keluarga (KK) : 911 KK
2. Jumlah Penduduk Dirinci menurut Golongan Usia dan Jenis Kelamin
No Golongan Umur Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki Perempuan
1. 0-12 bulan 45 63 108
2. 13 bulan-4 tahun 161 172 333
3. 5-6 tahun 31 44 75
4. 7-12 tahun 195 183 378
5. 13-15 tahun 110 135 245
6. 16-18 tahun 157 163 320
7. 19-25 tahun 91 140 231
8. 26-35 tahun 161 172 333
9. 36-45 tahun 153 167 320
10. 46-50 tahun 135 139 274
11. 51-60 tahun 91 98 189
12. 61-75 tahun 107 118 225
13. Lebih dari 76 tahun 43 47 90
Jumlah
1480 1641 3121
Sumber : Pemerintahan desa/ Kelurahan Dusun/Lingkungan RW/RT
3. Kepadatan Penduduk
No Keterangan Jumlah
1. Laki-laki 1480 jiwa
2. Perempuan 1641 jiwa
3. Jumlah seluruhnya 3121 jiwa
4. Kepadatan Penduduk 636 per km2
Sumber : Pemerintahan desa/ Kelurahan

4. Perubahan Penduduk
No Perubahan Jumlah
Laki-laki Perempuan
1. Lahir 45 37
2. Meninggal Dunia 17 15
3. Penduduk Masuk (Datang) 13 9
4. Penduduk Keluar (Pergi) 3 2
Jumlah 78 63
Sumber : Pemerintahan desa/ Kelurahan
5. Kewarganegaraan Penduduk
No Keterangan Jumlah (orang)
1. Warga Negara Indonesia 3121
2. Warga Negara asing -
Sumber : Pemerintahan desa/ Kelurahan








 Struktur Mata Pencaharian Penduduk
a) Subsektor Pertanian Tanaman Pangan
No Status Jumlah (orang)
1. Pemilik Tanah Sawah 585
2. Pemilik Tanah Tegal/Ladang 210
3. Penyewa/Penggarap 165
4. Buruh Tani 763
Jumlah 1723
Sumber : Pemerintahan desa/ Kelurahan
b) Subsektor Pertenakan
No Status Jumlah (Orang)
1. Jumlah Pemilik Ternak Sapi 292
2. Jumlah Pemilik Ternak Kambing 168
3. Jumlah Pemilik Ternak Ayam 677
4. Jumlah Pemilik Ternak Kerbau -
5. Jumlah Pemilik Ternak Kuda 7
Jumlah 1144
Sumber : Pemerintahan desa/ Kelurahan




c) Subsektor Industri
No Status Jumlah (orang)
1. Jumlah Pemilik usaha Kerajinan 1
2. Pemilik Usaha Industri Kecil 16
3. Pemilik Usaha Industri Sedang 1
Jumlah 18
Sumber : Pemerintahan desa/ Kelurahan
d) Sektor Jasa/Perdagangan
No Status/Jenis Jasa/Perdagangan Jumlah
1. Jasa Pemerintahan/non pemerintahan
a. Pegawai Negeri Sipil
• Pegawai Kelurahan
• Pegawai Kecamatan
• Guru
• ABRI/Polisi
• Mantri Kesehatan/Perawat
• Bidan
• Dokter
b. Pensiunan ABRI/Sipil
c. Pegawai Swasta
d. Pegawai Perhutani

9
2
32
27
-
1
-
14
17
21
2. Jasa Perdagangan
a. Pasar Desa/Kelurahan
b. Warung
c. Kios
d. Toko
-
7
5
17
4. Jasa Penginapan
a. Losmen
b. Hotel
c. Wisma
d. Asrama/Pondokan
-
-
-
-
5. Jasa Komunikasi dan Angkutan
a. Angkutan Tak Bermotor
b. Angkutan Sepeda Motor
c. Mobil Kendaraan Umum
d. Perahu
e. Angkutan Laut
7
5
3
-
-
6. Jasa Keterampilan
a. Tukang Kayu
b. Tukang Batu
c. Tukang Jahit
d. Tukang Cukur
45
17
9
3
Sumber : Pemerintahan desa/ Kelurahan
e) Struktur Pemilikan Tanah
No Luas Pemilikan Tanah Jumlah (orang)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9. Kurang dari 0,1 ha
0,1-0,5 ha
0,6-1,0 ha
1,1-1,5 ha
1,6-2,0 ha
3-5 ha
6-8 ha
9-10 ha
Lebih dari 10 ha 112
307
106
48
23
5
-
-
-
Sumber : Pemerintahan desa/ Kelurahan

B. DESKRIPSI UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN
 Sistem Religi
Sistem religi mempunyai wujud sebagai keyakinan, dan gagasan-gagasan tentang Tuhan, dewa-dewa, roh-roh halus, neraka, surga, dan sebagainya, tetapi mempunyai juga wujudnya yang berupa upacara-upacara, baik yang bersifat musiman maunpun yang kadangkala, dan kecuali itu setiap system religi juga mempunyai wujud sebagai benda-benda suci dan benda-benda religious.
Agama yang di anut sebagian besar penduduk Desa Tingkis adalah agama Islam dan ada juga Kristen tetapi persentasenya sangat kecil sekitar 0,2 % dan persentase pemeluk agam islam 99,8%. Kegiatan-kegiatan keagamaan yang di lakukan khususnya oleh pemeluk agam islam di antaranya adalah : peringatan maulud Nabi Muhammad SAW, peringatan Isra’ Mi’raj, peringantan Tahun Baru Hijriyah, pemotongan Hewan Kurban yang dilakukan pada saat Idhul Adha, pembagian Zakat Fitrah dan lain sebagainya.

Pemotongan hewan kurban di halaman Masjid Jami’ Al-Ikhlas Desa Tingkis.
• Tradisi/Kebiasaan/Adat
1. Manganan (sedekah bumi)
Biasanya dilakukan di makam, perempatan jalan, jembatan, punden (tempat-tempat yang di anggap sebagai tempat keramat). Juga tempat lain yang di anggap membawa manfaat yang besar bagi penduduk sekitar, misalnya sebagai sumber air (Air Terjun Nglirip dan Sendang Watu) Makam-makam yang biasanya di gunakan untuk melakukan ritual sedekah bumi : Kayu Lemah, Mbanaran, Secang, Mbah buyut Talang, dan Singoproyo.

Acara Manganan yang di lakukan Di Makam Kayu Lemah oleh warga desa Tingkis

Air Terjun Nglirip sebagai sumber air Desa Tingkis dan sebagai tempat wisata di Kabupaten Tuban
2. Upacara Kematian dan Peringatannya
Upacara kematian di Desa Tingkis sesuai dengan tuntunan Islami dan di lanjutkan dengan memperingati pada 3 hari, 40 hari, 100 hari, serta 1000 hari setelah kematian dengan cara di lakukannya tahlil, pengajian,slametan dan ada sembelih hewan seperti kambing dan sapi untuk menjamu tamu yang di undang dan masyarakat sekitar.

Acara tahlil yang dilakukan masyarakat desa Tingkis

 Kesenian
Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks.
Kesenian yang ada di desa Tingkis antara lain :
1. Tayub Tuban (sindir)
 Unsur-unsur yang ada didalam Tayub
a. Panjak, yaitu penabuh gamelan

Panjak
b. Waranggono, yaitu penari atau penyanyi yang melantunkan gending dan menari.

Waranggono
c. Landang, yaitu pemandu acara saat pertunjukan

 Alat-alat yang digunakan
a. Gamelan, terdiri dari gong, bonang, rebab, gembangan, kendang, ketipung

Gamelan
b. Pengeras suara (sound)
 Urutan Pelaksanaannya
Gamelan ditabuh, landang memandu acara, waranggono melantunkan gending dan menari, dan tamu ikut menari bergiliran dengan di pandu oleh Landang. Dalam pelaksanaannya dalam suatu pertunjukan Tayub, Waranggono minimal 2 orang, bisa sampai 6 orang.

Pertunjukan tayub



2. Wayang Kulit
 Unsur-unsur yang Ada Dalam Wayang Kulit
a. Dalang, yaitu orang yang memainkan wayang kulit saat pertunjukan dan sekaligus mengatur jalannya cerita.

Dalang sedang memainkan wayang saat pertunjukan
b. Sinden, yaitu pelantun gending

Sinden
c. Panjak, yaitu penabuh gamelan

Panjak menabuh gamelan
 Alat-alat yang digunakan
c. Gamelan, terdiri dari gong, bonang, rebab, gembangan, kendang, ketipung

Gamelan
d. Pengeras suara (sound)
 Dalam suatu pertunjukan wayang kulit harus ada cerita atau tema (lakon) dalam pertunjukan, contohnya : Bimo Suci, Wahyu Makutaromo, Lahire Gatut Koco, Petruk jadi Ratu,dan lain-lain.

Pertunjukan wayang kulit
3. Hadroh
 Unsur-unsur yang Ada Dalam Hadroh
a. Vocal, terdiri antara 2-8 orang

vocal hadroh melantunkan lagu-lagu Islam saat pertunjukan


b. Penabuh, terdiri antara 5-10 orang

Penabuh
 Alat-alat yang di dunakan
a. Rebana
b. Tambur
 Hadroh lebih cenderung melantunkan lagu-lagu islam
 Bahasa
Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat.
Bahasa keseharian yang digunakan oleh penduduk desa Tingkis adalah bahasa jawa. Dengan logat yang khas bahasa Tuban. Contohnya ketela pohon di sebut “ menyok”, ketela rambat disebut “telo”, dan menggunakan imbuhan partikel “leh” pada kata-kata tetentu, contohnya : “ojo ngono leh” yang artinya “jangan begitu”.



 Mata Pencaharian
Sebagian besar pekerjaanyan sebagai petani, ada juga sebagai PNS (guru), polisi, TNI, buruh tani, pembantu rumah tangga, pegawai perhutani, pedagang, pengusaha kecil (home industry), misalnya pembuat tahu, tempe, tukang batu, tukang kayu.

Penyiangan rumput pada tanaman padi oleh buruh tani Desa Tingkis

Pembuatan tempe



 Teknologi
Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala peralatan dan perlengkapan. Teknologi muncul dalam cara-cara manusia mengorganisasikan masyarakat, dalam cara-cara mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam memproduksi hasil-hasil kesenian.
Masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang hidup dari pertanian paling sedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional (disebut juga sistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik), yaitu:
o senjata
o Alat-alat produktif
o wadah
o alat-alat menyalakan api
o makanan
o pakaian
o tempat berlindung dan perumahan
o alat-alat transportasi
Teknologi yang ada di Desa Tingkis antara lain adalah :
a. Teknologi Pertanian
• Penggunaan Traktor, yaitu alat atau mesin yang digunakan untuk mengolah lahan pertanian

Traktor, untuk mengolah lahan pertanian

• Mesin perontok padi

Mesin perontok padi
• Mesin penggilingan Padi

Tempat penggilingan padi
• Mesin pompa air

Pompa air, untuk irigasi



b. Teknologi Industri Kecil
• Mesin Pengolah tahu

Mesin pengolah tahu
• Mesin Penggiling Kedelai

Mesin pembuat tempe

Proses pembuatan tempe



• Mesin pemecah batu

Mesin pemecah batu

Batu pecahan yang dihasikan oleh mesin pemecah batu






 Sistem Kekerabatan dan Organisasi Sosial
Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial. Meyer Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan. Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya. Dalam kajian sosiologi-antropologi, ada beberapa macam kelompok kekerabatan dari yang jumlahnya relatif kecil hingga besar seperti keluarga ambilineal, klan, fatri, dan paroh masyarakat. Di masyarakat umum kita juga mengenal kelompok kekerabatan lain seperti keluarga inti, keluarga luas, keluarga bilateral, dan keluarga unilateral. Di Desa Tingkis kekerabatannya sebagian besar masih berasal dari keluarga asli Desa Tingkis dan sebagian kecil berasal dari luar daerah Tingkis. Misalnya dari Bojonegoro, Lamongan, Gresik, Malang, Banyuwangi ada juga yang berasal dari Jawa Tengah, Jakarta, bahkan dari luar Jawa, yaitu Lampung dan Palembang.
Sementara itu, organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri. Di Desa Tingkis oraganisasi social yang ada diantaranya adalah : AMPI ( Angkatan Muda Pembaruan Indonesia ) dan Kelompok Tani Sumber Makmur.






C. ASAL-USUL DAN GAMBARAN KEADAAN DESA TINGKIS

Keadaan Desa Tingkis yang dikelilingi oleh perbukitan
Gambaran Keadaan Wilayah Desa Tingkis
Desa Tingkis dirasakan cukup aman untuk tempat tinggal karena di tepi Desa sebelah Timur dan Utara dikelilingi oleh perbukitan dan mempunyai sumber air besar yang bermanfaat bagi kehidupan, misalnya untuk minum dan lahan pertanian sehingga cadangan air, cukup untuk mengolah tanah sepanjang tahun walaupun pada musim kemarau, sehingga persediaan air cukup melimpah dibandingkan daerah-daerah lainnya, karena persediaan ari cukup melimpah maka potensi pertanian di Desa Tingkis sangat menjanjikan dan Tingkis merupakan penghasil padi yang cukup besar di Kabupaten Tuban. Pola tanam pertanian di Desa Tingkis selain penghasil padi juga ada jagung, kedelai, kacang panjang, dan Lombok. Secara keseluruhan keadaan ekonomi masyarakat Desa Tingkis cukup dinamis, hal ini cukup di tunjang oleh program pemerintah Kabupaten Tuban yaitu penyediaan sarana infrastruktur berupa jalan poros desa dan jalan lingkungan yang sudah beraspal yang meruoakan program PPM ( Proyek Pemberdayaan Masyarakat) mulai tahun 2001 hingga sekarang. Program PPM di Kabupaten Tuban merupakan program handalan yang mendapat penghargaan dari Pemerintah Pusat.

Asal-usul Desa Tingkis
Pada zaman pejajahan Belanda banyak tentara yang berasal dari Desa Tingkis dan luar Tingkis. Perang melawan penjajah banyak terjadi di luar Tingkis. Jarang sekali penjajah memasuki kawasan Tingkis karena selalu gagal mengalahkan tentara Indonesia, dan kemenangan berada di tentara Indonesia jika peperangan terjadi di kawasan Desa Tingkis. Hal tersebut terjadi berulang-ulang, setiap terjadi peperangan di Desa Tingkis pasti Tentara Indonesia meraih kemenangan. Jika terjadi peperangan di luar Desa Tingkis dan Tentara Indonesia terdesak maka Tentara Indonesia selalu lari dan bersembunyi di Desa Tingkis. Persembunyian di Desa Tingkis dirasakan cukup aman untuk tempat tinggal karena di tepi desa sebelah timur dan utara dikelilingi oleh perbukitan, dan Di Desa Tingkis dianggap bisa melindungi Tentara Indonesia,sehingga penyerangan oleh penjajah di Desa Tingkis selalu di “TANGKIS” atau di tahan, oleh karena itu tempat persembunyian tentara tersebut selanjutnyadisebut “ DESA TINGKIS” dari kata “ TANGKIS”.